Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rahim Berbunga Duka

26 Mei 2021   06:06 Diperbarui: 26 Mei 2021   10:15 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen: Rahim  Berbunga Duka 

Laki-laki itu tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Raut wajahnya memerah berbungkus emosi. Suaranya meninggi. Mengejutkan malam yang temaram. Dengus anjing hutan pun terhenti mencari mangsa. 

"Saya tidak akan pernah bertanggungjawab atas benih yang ada dirahimmu. Dengarkan itu. Camkan itu baik-baik wahai wanita jalang," teriak laki-laki itu kepada seorang wanita. 

Cahaya rembulan sangat temaram seakan-akan merasakan kesedihan wanita itu. Narasi lelaki muda itu seaolah menghantam ulu hati Anya. Sebuah narasi yang sangat merendahkan martabatnya sebagai wanita.

"Kamu memang bukan lelaki sejati. Saya salah sangka," ujar wanita muda yang bernama Anya dengan nada sinis.

"Coba kamu bertanya kepada dirimu. Siapa saja lelaki yang telah menebar benih dirahimmu? Katakan. Bukan cuma akau saja kan? Ada Pimpinanmu. Lantas kenapa engkau tidak meminta pertanggungjawaban kepada dia, lelaki tua bangka itu? Kenapa harus aku?" tanya lelaki muda itu dengan nada yang kembali meninggi.

"Kenapa cuma aku yang harus kamu mintai pertanggungjawabannya," lanjut lelaki muda itu dengan nada setengah bertanya sembari meninggalkan Anya yang masih bertahan bersama airmatanya yang mengalir dari kelopak matanya yang bening.

Anya kini baru tersadar dari mimpi panjangnya tentang derap kehidupan yang nyata. Tentang kehidupan yang hakiki sebagaimana yang pernah didengarnya dari mulut Ibunya. Wanita periang itu tidak menyangka benih yang ditanamkan lelaki yang amat dicintainya kini harus berbuah duka yang berkepanjangan. 

Anya baru menyesal mengapa dia dulu begitu mudah tergoda dengan diksi manis lelaki itu sehingga malam yang bening itu dia rela menyerahkan kehormatan dirinya sebagai wanita kepada lelaki bajingan itu yang dulu kerap diasumsikannya sebagai lelaki jantan.

Anya masih ingat bagaimana saat itu cahaya rembulan yang indah menjadi saksi kehangatan yang dia berikan kepada lelaki itu yang melululantakan seluruh sendi raganya. Malam yang sangat rupawan itu menjadi saksi dirinya mensahwati lelaki itu dengan iklas. 

Dia berusaha memberikan semua raganya hingga tulang-tulangnya terasa gemertak di tengah derasnya deru nafas lelaki muda itu mengkuliti dirinya hingga terlelap. Dirinya beberapa kali harus memekik dan merintih melawan kencangnya nafsu birahi syahwati lelaki muda yang menggelora dan berlari kencang bak kuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun