Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Tua Itu

9 Maret 2021   12:24 Diperbarui: 9 Maret 2021   20:35 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lelaki Tua - depositphotos.com

Wajah lelaki itu timbul tenggelam di ruang kepalaku. Kadang sedikit jelas, kadang berkabut, kadang gelap sehingga tak kukenali sama sekali. Tapi hati ku menyatakan kepada kepalaku, bahwa wajah lelaki itu amat ku kenal. Tapi siapa?

Mendadak melintas hadir lagi wajah lelaki itu tadi. Kucoba dan kucoba kembali mengingat dan mengingat. Dan  akhirnya, ketemu. Pak Liluk.  Aku terlonjak. Dia adalah Pak Liluk, mantan Wakil rakyat dari daerah kami. Benarkah lelaki tua yang sedang mengemis di lampu merah itu Pak Liluk? Jangan-jangan mataku yang sudah rabun. 

Setelah menempuh perjalanan naik bus sekitar satu jam, akhirnya sampailah aku di rumah orang tua kami di Kampung,  yang kini di tempati adikku dan istinya. Tiupan angin kemarau di sepanjang perjalanan yang menerpa wajahku, membuat aku sempat menikmati mimpi, walaupun cuma sebentar. Aku tertidur dalam perjalanan.

Usai sholat Magrib, aku dan adikku menikmati makanan yang sudah di sediakan istri adikku di atas meja makan. Lalu  aku berceritakan tentang apa yang kulihat di sepanjang perjalanan tadi kepadanya. Di luar dugaanku, Adikku malah tertawa terbahak-bahak. Ia ternyata sudah tahu banyak apa yang menimpa Pak Liluk.

" Bang, bang.  Itu bukan berita lagi. Tak ada istimewanya. Semua warga Kampung kita sudah tahu," ujarnya dengan nada suara ketawa.

" Kok kamu tidak pernah bercerita tentang Pak Liluk," tanyaku. " Banyak juga perjuangan Beliau untuk Kampung kita ini. Jembatan dan Rumah Sekolah itu buah perjuangan beliau saat masih sebagai Wakil rakyat. Beliau yang memperjuangkannya," sambung ku lagi. Adikku cuma diam. Tak ada suara keluar dari mulutnya.

Merosotnya nilai-nilai kehidupan ekonomi ternyata amat berpengaruh terhadap kehidupan rumah tangga Pak Liluk. Istrinya, mulai suka uring-uringan. Pada berbagai kesempatan dan ruang , ia suka mengatai Pak Liluk sebagai suami yang tak berguna. Tentu saja, sebagai seorang suami Pak Liluk tidak terima narasi istrinya itu. Buntutnya, hampir setiap hari terdengar suara kasar bernada tinggi dari rumah mereka. Istrinya menyalahkan Pak Liluk. Demikian sebaliknya. Pak Liluk menyalahkan istrinya yang boros dan suka belanja. Ibarat piring yang retak, kehidupan rumah tangga mereka tinggal menunggu waktu untuk pecah.

Sepertinya ada malaikat yang turun ke rumah mereka untuk menyelamatkan kehidupan rumah tangga mereka. Seorang teman lama Pak Liluk, yang kini telah menjadi seorang Pembesar di Kota menawarkan asa baru dalam kehidupan mereka. Pembesar Kota mengajak istri Pak Liluk menjadi sekretarisnya.  Dan Untuk beberapa saat, situasi dan kondisi kehidupan rumah tangga mereka berada  kembali ke jalur normal. Tak ada lagi petaka.

Secara tiba-tiba,  prahara kembali   datang melanda rumah tangga mereka. Pak Liluk menangkap basah istrinya sedang bersama Pak Pembesar di sebuah hotel di Kota. Kejadian memalukan ini, sontak  membuat Pak Liluk marah besar. Terjadi perang mulut malam itu di hotel dengan narasi yang  sangat sengit antara suami istri itu yang berujung dengan dipukulnya istrinya oleh Pak Liluk yang sangat emosi. Istrinya tak terima mendapat perlakuan dari suaminya. Pak Liluk dilaporkan ke polisi lantaran dianggap melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Pak Liluk di penjara dan hanya bisa meratapi nasibnya. Keluar dari penjara, Pak Liluk menghadapi sederet kenyataan pahit hidup. Rumahnya sudah dijual istrinya. Dan yang paling menyakitkan seluruh raganya, istrinya kini telah menikah secara diam-diam dengan Pembesar Kota. Pak Liluk cuma menelan air ludah. Tak bisa berbuat banyak.

Setelah beberapa waktu menumpang hidup di rumah saudaranya, Pak Liluk dikabarkan mengalami masalah kejiawaan yang amat berat. Dan secara tiba-tiba menghilang dari rumah saudaranya. Pergi entah ke mana. Beberapa warga Kampung pernah melihat dia sedang mengemis di sebuah pasar di Kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun