Setahun yang lalu, saat keluarga perempuan muda itu tinggal di Kampung itu, Keluarga nenek itu adalah keluarga pertama yang menyapa mereka sebagai tetangga baru di kampung. Dan sebagai warga baru di Kampung, tentu saja keluarga perempuan muda itu menyambut baik sikap persahabatan yang diperlihatkan keluarga Nenek.
Seiring dengan berjalannya waktu, tiba-tiba keluarga nenek ingin menjodohkannya dengan anak laki-lakinya. Tentu saja, perjodohan itu ditentang mentah-mentah keluarga perempuan muda itu.
" Mohon maaf Nek. Kami belum bisa menerima lamaran nenek untuk cucu nenek. Anak kami masih sekolah. Usianya masih muda. Belum layak untuk menjadi seorang istri. Apalagi menjadi seorang Ibu," tolak keluarga muda itu.
Lelaki itu patah arang. tabiatnya berubah seribu derajat. Usai pinangannya di tolak keluarga muda itu, dia menjadi pemabuk. Hampir tiap malam, minum minuman keras cap murah di ujung Kampung hingga teler. Bahkan terkadang dirinya tertidur di trotoar jalanan Kampung. Dan semua warga kampung tak seorang pun yang mampu menghentikan aksi liarnya itu. Tak terkecuali Sang Nenek.
" Hanya satu orang yang bisa menegurku, yakni perempuan muda itu," ujarnya. Sang Nenek hanya terdiam. Membisu.
Dari balik jendela kayu rumahnya, wanita itu kembali menatap luasnya halaman rumahnya. Sinar rembulan yang terang menyinari pandangan mata indahnya. Dari kejauhan, matanya menatap seorang lelaki yang berjalan sempoyangan sembari tangannya memegang sebuah botol minuman keras Cap Murah. lelaki itu terus berjalan dengan sempoyongan. Terkadang terjatuh di aspal jalanan dan dia bangkit lagi. Terus berjalan dan melangkah dengan langkah sempoyongan. Cahaya rembulan menuntunnya. Entah kemana. lelaki sempoyangan itu tak tertatap mata wanita muda itu. Hanya airmata yang mengalir dari kelopak matanya yang tajam. Ya, hanya airmata yang mengalir hingga ke pipinya sebagai doa untuk lelaki itu.
Toboali, sabtu malam, 27 Februari 2021
Salam dari Kota Toboali, Bangka Selatan