Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Berselimutkan Batu Nisan

20 Februari 2021   12:49 Diperbarui: 20 Februari 2021   13:13 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah berbulan-bulan areal sunyi itu menjadi tempatnya bertemu dengan wanita setengah tua itu. Hanya cahaya syahdu rembulan yang menjadi saksi peretmuan itu. Hanya anjing liar yang berkeliaran mencari mangsanya dilokasi itu yang sering memergokinya. Sebuah tempat yang sunyi.

Dan sebuah sepeda motor tua pun menghampirinya. Sebuah klakson memberi tanda kepadanya. Usai bertukar posisi, dengan dirinya sebagai pembonceng, motor tua itu pun melaju menembus malam yang gulita hingga akhirnya keduanya pun bersatu dalam sebuah gubuk kecil yang jauh dari penglihatan manusia. 

Keduanya asyik memadu kasih bak dua manusia yang sedang kasmaran. Kadang terdengar suara rintihan yang membuat gubug tua itu pun sekan-akan bergerak seiring gerakan keduanya dalam menikmati indahnya malam. 

Keduanya terus memacu nafsu syahwati sebagai manusia hingga keduanya terlelap dalam satu pelukan dan menebarkan rasa kebahagian yang tak terperikan. Malam pun berlalu dari keduanya. Hanya cahaya kegelapan yang menjadi ornamen gubuk tua itu.

" Terimakasih, anak mudaku. Engkau telah memberikan aku segelas air dalam jiwaku yang kering kerontang," ujar Tante sambil mengelus rambut lelaki itu yang masih terkapar.

" Ini uang buatmu," ujar Tante sambil memberikan beberapa lembaran uang duapuluhan ribu.

Lelaki itu kembali ke kedai minuman klas bawah yang berada di sebuah kawasan kumuh yang menjadi sahabat malamnya usai diturunkan Tante. Raganya yang rapuh kembali menegak beberapa gelas minuman merk kaum urban itu hingga matanya memerah. Suara lagu dangdut dari sebuah VCD membawakannya untuk bergoyang menuruti itrama lagu yang didendangkan penyanyi dengan suara serak basah.

" Lanjut Bung. Lanjut terus hingga pagi," terdengar teriakan dari beberapa pengunjung saat melihatnya mulai menarikan tarian seirama dengan lagu. Dan lelaki itu pun terus menari dan menari hingga terjerembab di tanah.

Suara sakral Innalillahi Wa innalillahi dari mulut para warga menandai akhir kehidupannya di dunia. Tak ada tangisan. Tak ada kedukaan. Tak ada kenestapaan. Tak ada sama sekali.

Dan diatas pusaranya tak tertulis namanya aslinya. Hanya tertulis anak muda dengan tanggal kematian tanpa tanggal lahir. Sementara dikejauhan seorang wanita setengah tua menangisi kepergiannya tanpa mampu mendekat. Suasana pemakaman makin menyepi seiring perginya beberapa penghantar yang mulai menghilang dari areal pemakaman itu. Sunyi mulai menampak diareal pemakaman umum itu. Ya, hanya kesunyian yang kini menjadi sahabatnya. 

Toboali, sabtu siang, 20 Februari 2021

Salam dari Kota Toboali, Bangka selatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun