Keringat matahari
Mengucur di ketiak dedaunan
Lalu terjatuh di padang rumput
Pada sela-sela kaki cemara
Di sebuah lereng gunung yang sedang berusaha keras
Menidurkan kepundan
Karena magmanya mulai mendidih
Dan berniat memuntahkan rasa pedih
Hujan yang tiba
Mencoba mendendangkan sonata
Dengan irama bertalu-talu
Khusus mengenai rindu
Di parit-parit yang sesak oleh plastik dan tumpahan cuka
Dari sampah dan sisa-sisa berita duka
Kolase kehidupan yang disusun atas nama ingatan dan lupa
Memenuhi kolom pustaka
Dari pikiran orang-orang yang menyerupai majalah sastra
Menampilkan raut muka murung
Dari lusinan mendung yang tergantung
Di pipi langit yang basah
Atas nama keinginan tumpah ruah
Untuk kembali berdansa secara meriah
Di tengah alunan musik
Dari berita-berita fasik
Mungkin ini saatnya berhibernasi
Menghindari cuaca dingin
Yang dibawa oleh gigil angin
Dari kutub-kutub yang kehilangan gunung-gunungnya
Dan menumpahi lautan yang kelu
Lalu terpaksa menggiringnya menuju masa lalu
Sebab masa depan yang terpanggang
Akan menyebabkan orang-orang semakin kesakitan
Tak bisa lagi berpikir seperti sungai
Namun meniru habis-habisan bagaimana gerakan badai
Bogor, 13 Juni 2020