aku sedang berada di wilayah yang belum dipetakan koordinatnya.
sebuah tempat yang cuma diketahui berada di antara ramalan rasi dan takdir paling rahasia.
mungkin itu sebuah tempat di pelataran langit saat sedang menggembala sekawanan awan hitam, menggiringnya ke pancuran, lalu mulai memerasnya menjadi butiran-butiran hujan.
mungkin juga tempatnya tak jauh dari halaman yang masih kuyup oleh jejak-jejak gerimis. Ada rumpun melati sedang tumbuh. Rencananya berbunga bulan depan. Saat para pelalu-lalang sudah mulai kehabisan akal bagaimana cara menempuh perjalanan panjang.
tapi lihatlah! Ini adalah tempat antah berantah. Penghuninya semua adalah pemangsa omnivora. Bisa mengunyah ikan, melahap pepohonan, dan menjerang matahari. Tak ada yang tak bisa dijadikan sarapan, makan siang, atau kudapan malam. Atau bahkan prasmanan di pesta-pesta perjamuan.
aku salah satu penghuninya yang terjatuh dari kasta. Melihat dari kejauhan ketika perburuan dilakukan. Memungut setiap remah yang berceceran. Mengumpulkannya pada halaman demi halaman. Dari buku-buku yang aku tuliskan sebagai bagian lajunya peradaban. Di tengah-tengah tersungkurnya zaman.
Jakarta, 23 November 2019 Â