Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Labirin yang Terbakar

10 September 2019   10:19 Diperbarui: 10 September 2019   10:17 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

setelah beberapa kali gagal mengatasi insomnia
di malam-malam yang kehilangan percakapan
aku juga harus berhadapan dengan amnesia
di ceruk pikiran yang lupa bagaimana cara mengunggah ingatan
terlalu banyak kode berkeliaran di kepala
tentang rumus-rumus menyesatkan bagaimana cara membunuh banyak keinginan

aku memasuki labirin malam
di saat cuaca sedang berubah-ubah
kemarau mengeringkan hati yang terlanjur lebam
sementara hujan menggenangi nyaris semua sisa-sisa tabah
musim yang lain cuma bisa menyampaikan gumam
kalimat-kalimat lampau yang terasa begitu lelah

aku ada di wilayah mimpi
ketika angin yang datang hanyalah udara yang diasapi
mengiris-iris helaan nafas
menjadi kepingan kecil jantung yang kebas

dunia sudah berhenti terbakar
namun bara sudah terlanjur menjalar
di antara lorong-lorong labirin yang lantas menghitam
lebam dan kelam

Dumai, 10 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun