Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Labirin Teka-Teki

15 September 2024   19:13 Diperbarui: 15 September 2024   19:15 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/premium-ai-image/businesswoman-standing-front-giant-maze-filled-with-economic-signs-economic-strategy

Dia terbangun dengan cahaya matahari menyengat kulitnya dan mengaburkan pandangannya. Rambutnya yang panjang basah oleh keringat. Pandangannya tertuju pada langit biru yang luas, membentang di atasnya. Dia dikelilingi dinding-dinding tinggi dari batu kasar yang menjulang di segala arah. Dia berdiri di tengah labirin yang terbuka. Ketika dia memutar tubuh, mencari jalan keluar, yang dia temukan hanyalah lorong-lorong batu yang tak berujung.

Panik mulai merambat dalam dadanya. Dia tidak bisa mengingat apa pun, tidak siapa dirinya, tidak dari mana dia berasal, tidak bagaimana dia bisa sampai di sini. Ingatan tentang hidupnya seolah hilang, terhapus oleh sesuatu yang tak dapat dijelaskan.

Dia mulai berjalan, namun tiba-tiba langkahnya terhenti. Di dinding batu di hadapannya terlihat sebuah tulisan yang terukir: "Siapakah yang membuatmu merasa jengkel, tapi juga membuatmu tersenyum?"

Sebuah teka-teki? pikirnya. Tiba-tiba terdengar langkah kaki yang sedang berlari dari belakang. Dia terlambat untuk menoleh, dan seseorang itu sudah pergi. Dengan cepat dia mencoba mengikuti jejaknya.

"Halo!" teriaknya. Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara tawa yang menggema di antara dinding bebatuan. Lalu, ia melihat asal suara itu. Ada dua anak kecil. Satu laki-laki dan perempuan. Keduanya mungkin baru berusia tujuh tahun. Alih-alih ketakutan seperti dirinya, mereka malah tertawa bahagia.

"Ayo, kejar kami kalau bisa," kata anak laki-laki. Mereka berlari lagi. "Kakak lama sekali." Itu suara anak perempuan. Lalu mereka menghilang.

Apa mereka adik-adiknya? Tiba-tiba kepalanya berdenyut keras seolah sesuatu telah menghantamnya. Sesuatu... mungkin ingatan. Sebuah memori terlukis di kepalanya. Saat itu dia berlari mengejar dua anak kembar yang terus mengejeknya di halaman rumahnya. "Niko, Nina! Awas saja kalian!" Kalimat itu terdengar dalam ingatannya.

"Niko dan Nina," gumamnya setelah bayangan itu selesai berputar. "Itu dia!" Ia menjentikkan jari. "Niko dan Nina adalah jawabannya!" Dia kembali dan menemukan tulisan: "Selamat! Jawaban Anda benar!"

Dia tersenyum penuh kemenangan. Namun, pertanyaan baru terukir. "Siapakah yang pertama kali membuatmu merasa dicintai?" Dia mencoba untuk mengingatnya, namun usahanya sia-sia. Kemudian, dia kembali mendengar suara-suara.

Dia melihat seorang anak kecil, kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Anak itu dipeluk ibunya di atas kasur. Suara lembut ibunya menggema. Ayah sang anak juga ada di sana, tertawa kecil sambil membacakan cerita. Momen penuh kebahagiaan itu tampak nyata di depan matanya, meskipun ia sadar mereka tidak benar-benar ada di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun