Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Kala Rindu Mengetuk Pintu

16 Maret 2019   20:48 Diperbarui: 16 Maret 2019   20:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti dulu-dulu
di kala rindu mengetuk pintu
aku mengintipnya terlebih dahulu
dari sela-sela lubang kunci
benarkah ini rindu setengah mati
ataukah rindu yang membawa arwah-arwah sunyi
supaya aku bisa memilih yang mana
dan dengan cara apa aku menyapa

Aku akan membuka pintunya
dengan tergesa-gesa
lalu mengucap salam
;selamat datang wahai rindu dan dendam
bila rindu yang kau bawa, aku akan mulai memahat bahagia
jika dendam yang ada pelupuk mata, aku akan mulai menggali pusara

Ketika rindu mengajak berbincang
tentang rencana bintang-bintang
yang merindukan rasi-rasi tempatnya dibesarkan
juga tentang renjana-renjana hujan
yang menginginkan peristiwa kepulangan
dari embun, kabut, dan awan
tempatnya dilahirkan

Maka aku akan meminta mata memanjat langit malam
menyaksikan bintang-bintang menjatuhkan cahaya suam-suam
agar aku bisa membaca
dengan sebaik-baiknya
buku-buku tentang cinta

Maka aku juga akan menadah hujan
di serambi dan halaman depan
agar bisa menumbuhkan bunga-bunga
lengkap dengan nektarnya
sehingga bisa memaniskan cinta
supaya tak cuma pahit saja
pada setiap akhir ceritanya

Bogor, 16 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun