Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Apocalypse Jiwa

25 Februari 2019   20:05 Diperbarui: 25 Februari 2019   20:54 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di ranjang ini kita bersua
dengan mimpi terbaik yang kita setubuhi bersama
lantas melahirkan harapan demi harapan
yang dewasa begitu cepat hingga kita tidak sadar belum sempat berdandan
menghadiri undangan perjamuan
atas perayaan-perayaan yang bukan kegembiraan
namun berwujud pesta-pesta kematian

Pada jendela yang terbuka ini kita mereguk pagi
dengan kerongkongan sepenuh air di kali saat musim hujan
lalu kemarau mengetuk pintu
datang bertamu untuk mengingatkan bahwa kita masih berhutang
terhadap waktu yang dulu sempat kita adopsi
kemudian kita telantarkan begitu saja
terbuang di jalanan, hanyut di selokan, dan tempat-tempat perjudian
di mana kita mempertaruhkan kebahagiaan
hanya dalam satu babak permainan

Di suatu masa kita telah sadar
sesudah menerima kabar yang beredar
dijatuhkan sayap dan paruh burung Nazar
bahwa mataharipun bisa mati
dan bumi dengan mudah menjelma menjadi zombi
lautan menjadi larutan alkali
dan kita melolong-lolong meminta mati

Tapi Tuhan sengaja tak mendengarkan
supaya kita tahu apa artinya penderitaan
setelah lama menyaksikan
kita sengaja merubah diri menjadi barbarian

25 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun