Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Rembulan Terjebak di Trotoar

5 Februari 2019   21:22 Diperbarui: 5 Februari 2019   21:43 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menelisik sorot matamu dengan pandangan senanar rembulan yang terjebak di trotoar. Aku mencari kejujuran yang kau jatuhkan di selokan. Sebelum ditemukan, aku akan menahan kepedihanmu bersama malam yang sekarang menumpahkan ratapan bersama hujan.

Ini akan menjadi saling tatap yang sangat lama. Selama waktu tunggu di bandara saat jadwal kedatangan lebih padat dibanding keberangkatan. Kita ditertawakan layar monitor yang menampilkan angka-angka pasti tapi kita melihatnya hanya sebatas janji.

Aku memunguti satu persatu keraguan yang berjatuhan dari bulu matamu. Itu bukan airmata. Jadi aku membuang kecemasan sejauh cahaya rembulan yang masih terkapar di trotoar.

Lambat laun semuanya menjadi lanskap yang nampak samar. Aku menemukan rembulan itu hanyut tanpa kabar. Mungkin menuju sungai terdekat. Bergabung bersama segala macam keputusasaan lumpur yang pekat dan sampah yang memucat.

Setelah rembulan itu tak ada, ini saatnya kita mendengar yang benar dan berbicara apa adanya. Di trotoar yang sama tempat kita sedari tadi saling menenggelamkan mata.

Bogor, 5 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun