Romantisme sedang terjebak di dalam tungku yang apinya menyala setelah dikobarkan kata-kata dan perilaku.
Kata-kata yang diambil dari sari tetesan hujan dan percikan cahaya rembulan. Perilaku yang diilhami oleh kesantunan seorang perawan kala tersenyum manis kepada setiap tamu di pelaminan.
Romantisme terperangkap salju di musim dingin yang membiarkan dirinya beku. Membawa sepasang kekasih pada gemeletuk gigi yang menggigil setelah longsoran kekakuan mengubur segala pertengkaran yang membuat mereka sama-sama membisu.
Romantisme memang gagu.
Ia tak akan memproklamirkan dirinya sebagai sebuah mahzab yang merdeka. Ia tak akan berdiri di podium depan sebuah forum untuk berterus terang bagaimana menyatakan cinta. Ia tak lebih dari setitik cahaya yang muncul saat kegelapan datang mencarinya.
Romantisme memang gagu. Tapi ia semanis tebu.
Bogor, 19 Januari 2019