Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

12 Januari 2019   23:17 Diperbarui: 13 Januari 2019   01:00 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang kemudian berlarian keluar dari tempat perlindungan masing masing.  Semuanya tidak mau ketinggalan untuk berlomba mencari tahu apa yang terjadi setelah Raja Badai mereda. 

Semua mata menyelidik ke sekeliling, lalu serempak berlari menuju bukit tempat dua orang tadi mengendap endap datang.  Sekarang nampak jelas.  

Sebuah kapal besar bertengger dengan angkuh di atas bukit itu.  Bukan cuma satu kapal saja yang terbawa Raja Badai hingga ke pinggir rupanya. Selain kapal besar berwarna hitam itu, ada juga dua kapal lain yang lebih kecil dan juga berwarna hitam terbawa gelombang raksasa.  Letaknya cukup berjauhan. 

Ketika semua orang berlari mendaki bukit kecil di sebelah bukit tempat pondok Arawinda berdiri, Arawinda dan Dewi Mulia Ratri melihat dari jauh dengan kebingungan.  Yang mana di antara tiga kapal itu Lanun Samudera?  

Semula mereka akan ikut berlari menuju bukit tempat kapal itu kandas.  Namun seketika mereka tersadar saat melihat dua sosok bayangan turun dari bukit tersebut dengan cepat, menuju ke arah dua kapal lain yang terseret ke daratan secara berdampingan.

Sedari tadi Arawinda dan Dewi Mulia Ratri memperhatikan gerak gerik dua orang misterius itu.  Termasuk saat keduanya dengan tergesa gesa keluar dari kapal hitam besar lalu dengan terburu buru berlari ke arah kedua kapal yang lebih kecil.  Mereka turun melalui jalan yang berbeda dengan orang orang yang berebut naik sehingga tak seorangpun menyadari bahwa ada dua orang yang telah mendahului memeriksa isi kapal.

Arawinda dan Dewi Mulia Ratri saling pandang sejenak.  Lalu menggerakkan kaki berlari membuntuti kedua orang misterius tadi.   Tapi mereka terlambat sepersekian jeda karena dua orang misterius itu telah keluar dari kapal kedua dan sekarang menuju ke kapal ketiga yang berada di sebelahnya dengan juga terburu buru.

Kedua gadis murid Si Bungkuk Misteri ini tidak mau kecolongan lagi.  Keduanya berkelebat cepat mengekor dua orang yang sekarang terlihat jelas dari belakang sebagai seorang perempuan langsing dan seorang laki laki kecil kurus.

Dewi Mulia Ratri mengerutkan keningnya.  Rasanya dia sangat kenal dengan bentuk tubuh wanita itu.  Dan juga laki laki itu.  Namun belum bisa memastikan karena hanya nampak dari belakang.  Itupun hanya sekelebat sekelebat saja.  Arawinda sendiri tidak memperhatikan hal ini.  Dengan sangat hati hati dia menggerakkan tubuh dengan lincah di antara batu batu besar yang berserakan.  Kedua orang itu sangat mencurigakan sejak badai belum mereda tadi pagi.  Sepertinya mereka tahu apa yang harus dicarinya.

Sekarang mereka berada di atas bukit kecil tempat sepasang kapal kembar itu terdampar.  Dua sosok yang menutupi kepala menggunakan tudung hitam itu memasuki dan memeriksa kapal terakhir.  Arawinda dan Dewi Mulia Ratri tepat berada di belakang kedua orang itu.  Meski sudah sangat berhati hati dan mengerahkan ilmu meringankan tubuh, namun sedikit kecerobohan yang dilakukan Dewi Mulia Ratri, yaitu menendang secara tidak sengaja sebuah batu kecil, membuat dua sosok itu seketika menoleh dengan curiga.  Saat itulah Dewi Mulia Ratri menyadari betapa tepat dugaannya tadi.  

Putri Anjani dan Datuk Rajo Bumi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun