secara retoris, perempuan itu membunuh dirinya berulang-ulang. Nyaris mirip suara gendang dalam pertunjukan mistis Calon Arang. Â Air matanya mengalir ritmis. Setiap kali kejadian tragis menyinggahi hidupnya yang terlalu sering ditiriskan gerimis.
baginya peristiwa yang terjadi setiap harinya seolah bersepakat. Mengancam dan menghujat. Yaitu duri-duri yang lebat, bilah sembilu yang siap menyayat, juga ledakan ratapan yang berhasil mengalahkan akibat sambaran petir paling dahsyat.
itu semua belum seberapa. Tatkala Batara Kala menembangkan muramnya sandyakala. Perempuan itu meneteskan cuka pada airmatanya. Bercampur kabut yang meluruh di jendela, lalu tak lama kelembaban mengangkat seluruh partikelnya ke angkasa.
di sanalah perempuan itu melubangi langit
di sanalah perempuan itu menitipkan rasa sakit
di sanalah perempuan itu menghamburkan segenap pahit
di sana pulalah perempuan itu menidurkan harapan
sampai kelak langit benar-benar tersembuhkan
Bogor, 11 Januari 2019