Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perempuan yang Tangisnya Melubangi Langit

11 Januari 2019   21:31 Diperbarui: 11 Januari 2019   21:32 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

secara retoris, perempuan itu membunuh dirinya berulang-ulang. Nyaris mirip suara gendang dalam pertunjukan mistis Calon Arang.  Air matanya mengalir ritmis. Setiap kali kejadian tragis menyinggahi hidupnya yang terlalu sering ditiriskan gerimis.

baginya peristiwa yang terjadi setiap harinya seolah bersepakat. Mengancam dan menghujat. Yaitu duri-duri yang lebat, bilah sembilu yang siap menyayat, juga ledakan ratapan yang berhasil mengalahkan akibat sambaran petir paling dahsyat.

itu semua belum seberapa. Tatkala Batara Kala menembangkan muramnya sandyakala. Perempuan itu meneteskan cuka pada airmatanya. Bercampur kabut yang meluruh di jendela, lalu tak lama kelembaban mengangkat seluruh partikelnya ke angkasa.

di sanalah perempuan itu melubangi langit
di sanalah perempuan itu menitipkan rasa sakit
di sanalah perempuan itu menghamburkan segenap pahit

di sana pulalah perempuan itu menidurkan harapan
sampai kelak langit benar-benar tersembuhkan

Bogor, 11 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun