Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pertemuan

9 Januari 2019   17:14 Diperbarui: 9 Januari 2019   18:40 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di serambi malam;
saling bertemu, khayalan yang gagal menjadi kenyataan, sebagai tuan rumah
dengan kenyataan yang digagalkan, sebagai tamu yang tak ramah

berhadapan. Bertukar tatapan. Tak hendak berbincang. Karena merasa bahwa perbincangan akan diakhiri pertengkaran. Siapa di antara mereka yang paling berhak memiliki ratapan.

Di kamar yang lebat oleh mimpi yang pekat;
saling menghujat, antara mimpi yang ditidurkan, sebab mengganggu ketenangan
dengan tidur yang selalu dimimpikan, sebagai cara melepas kelelahan

;kau tak berhak menidurkan mimpi. Orang-orang menyukai mimpi yang terjaga. Di sana lah mereka menjaga harapannya.

;aku tak pernah menidurkan mimpi. Aku bahkan memimpikan tidur tanpa mimpi. Tidur bersama mimpi di dalamnya, ibarat naik kereta berikut guncangannya. Aku terganggu. Kalau perlu semua mimpi aku paku. Di dinding kamar yang gagu.

Dua pertemuan berakhir. Tanpa mencapai kata akhir.

Itu semua adalah filosofi. Bagaimana kita selalu berhadapan dengan mimpi. Di setiap kenyataan yang kita hindari.

Jakarta, 9 Januari 2019


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun