Pada setiap kata-kata manis, terletak kebosanan yang tragis.
begitulah akhirnya aku harus menyerah terhadap amnesia. Menyerbu tanpa ampun seperti gelombang pasukan terakota. Menginvasi sel-sel kepala. Ke dalam puncak rasa lupa.
aku lupa bahwa aku harus khawatir terhadap insomnia. Malam bisa saja melahapku sebagai cemilan. Kalau aku terus-terusan menganggunya dengan gerutu tak menentu dan gurauan tak bermutu.
aku lupa tak seharusnya membiarkan phobia terhadap kesunyian membuatku menuliskan sajak-sajak yang menyatakan kematian. Aku menjadi tubuh yang rentan. Dengan pikiran rawan.
aku lupa berencana melafalkan kerinduan setiap kali menghafalkan kekacauan. Aku berharap sangat pada kebetulan yang malah mengirimkan sinyal-sinyal kegagalan.
amnesia pada akhirnya menyeretku ke dalam kekosongan. Di ruang-ruang yang disebut pemakluman.
di dalam akhir yang liris, pada setiap kata yang tragis, akan dijumpai jiwa-jiwa yang teriris.
menjadi sebuah kematian yang manis.
Bogor, 16 Desember 2018