Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

10 Desember 2018   00:00 Diperbarui: 10 Desember 2018   00:02 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab VI

Rasa kehilangan adalah pengorbanan bagi rasa memiliki
Rasa duka dilahirkan akibat rasa suka yang diminta
Rasa letih muncul saat bahagia kembali tercampakkan
Rasa sunyi datang ketika riuh baru saja ditinggalkan
Begitulah hitam putihnya dunia....
Tanpa abu abu di dalamnya....


Bab VII

Tepian Ranu Kumbolo. Arya Dahana menurunkan Dyah Puspita di dalam gua.  Di ruangan kecil tempat Ki Gerah Gendeng juga berada.  Dia memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan gadis jelita itu.  Tidak terasa apa apa.  Wajahnya pucat seperti mayat.  

Dengan panik Arya Dahana memeriksa denyut nadi di leher gadis itu sambil memusatkan seluruh perhatian.  Masih terasa namun sangat halus sekali. Arya Dahana sangat kebingungan.   Dicari carinya obat obatan yang ada di kotak obat Ki Gerah Gendeng.  Dia masih ingat dahulu orang tua itu pernah mengajarinya mengenai obat mempertahankan nafas terakhir  menggunakan obat yang bentuknya seperti rerumputan kering.  

Ini dia kotak obatnya!  Arya Dahana buru buru menyalakan api, merebus air panas untuk mencairkan rumput yang dingin beku itu.  Diliriknya Sima Lodra menggeram geram lirih di samping Ki Gerah Gendeng yang nafasnya juga tinggal satu satu.  Terdengar gerakan halus.  Mendadak Ki Gerah Gendeng bangkit dari tidurnya. Terbatuk batuk dan memanggil Arya Dahana.

"Iya Ki?.."

"Kesini sebentar cucuku...aku ingin memberitahumu sesuatu..."

Arya Dahana mendekat di samping Ki Gerah Gendeng yang terlihat sangat kepayahan.

"Kawanmu itu tinggal menunggu waktu.... Obat rumput itu tidak banyak berguna sekarang....jika kau biarkan seperti itu...satu satunya jalan memperpanjang hidupnya hanya jika ada aliran tenaga murni masuk ke dalam tubuhnya dengan tepat..."

"Kau tidak terlatih untuk itu...tapi kau tidak punya pilihan...alirkan tenaga dalammu melalui dadanya...jangan punggungnya..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun