Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hakekat Cinta

14 Juni 2018   04:05 Diperbarui: 14 Juni 2018   04:51 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jangan pernah samakan aku dengan awan.  Menurunkan hujan tanpa imbalan.  Aku mencintaimu dengan bayaran.  Bayar aku dengan jeda nafas yang kau sisihkan.

Jangan samakan aku dengan bulan.  Membagi purnama tanpa menukar harga.  Aku mencintaimu dengan akad jual beli.  Kau jual hati aku beli mimpi.

Aku berbeda dengan sinar surya.  Menghangatkan bumi secara cuma-cuma.  Aku mencintaimu dengan pamrih.  Agar hatiku lepas dari didih.

Aku juga berbeda dengan lautan.  Menyediakan udang dan ikan dengan penuh keikhlasan.  Aku mencintaimu dengan banyak alasan.  Di antaranya supaya hidupku dipenuhi harapan.

Aku bukan daun-daunan.  Menyemai udara begitu saja.  Tanpa banyak kata.  Aku mencintaimu dengan tanda tanya.  Bagaimana kau membuat kalimatku menjadi sempurna.

Aku tidak seperti pujangga.  Merakit benang dan jala dalam bentuk puisi.  Aku mencintaimu sebagai petani.  Memintamu menjadi bulir-bulir padi bernas berisi.

Ini semua hakekat cinta.  Warna warninya adalah turunan bianglala.  Seperti bidadari.  Mencari telaga untuk turun ke bumi.  Seperti aku.  Menelisik putaran waktu demi cintamu.

Bogor, 14 Juni 2018 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun