"Aku bermimpi tadi malam. Â Aneh dan mencekam!" petani tua bekas nelayan itu membuka percakapan.
Temannya berjengit mengangkat muka. Â Teringat percakapan mereka lima tahun yang lalu. Â Percakapan yang ingin dilupakan. Â Karena waktu itulah semua kekacauan dimulai. Â Tak urung dia tetap bertanya dengan hati-hati.
"Mimpi apa? Â Bukankah mimpi kita sebagai manusia sudah dihancurkan makhluk-makhluk ikan itu? Â Mimpi kita sekering lautan yang mereka tinggalkan untuk balik berburu kita..."
Petani tua itu menghela nafas sepanjang-panjangnya. Â Kengerian yang luar biasa nampak membias di matanya yang lelah.
"Aku bermimpi semua hewan-hewan hutan yang sudah diusir itu kembali. Â Mereka berubah menjadi makhluk yang berakal dan bernalar. Â Mereka kekurangan makanan di tempat persembunyian dan sekarang menjadikan kita sebagai sasaran."
"Sasaran? Maksudmu?" Â temannya bertanya menegaskan.
Petani tua itu mengangkat muka. Â Raut mukanya sepucat kapas.
"Mangsa! Â Kita adalah sasaran mangsa bagi mereka. Â Mereka sangat kelaparan. Â Dan juga dendam tak berkesudahan. Â Seperti ikan-ikan itu dahulu!"
Temannya menatap tak berkedip. Â Was-was.
"Mimpimu gila kawan! Â Mengerikan! Â Semoga itu tidak terjadi."
-----
Dan memang itulah yang akhirnya terjadi.
----
Bogor, 10 Juni 2018