Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi tentang Kehilangan

26 Mei 2018   03:39 Diperbarui: 26 Mei 2018   03:47 2118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lenyap.  Tak berbekas.  Serpihan bulan dalam gelas.  Ditelan sehelai malam yang dituliskan pada selembar kertas.

Sirna.  Tak berjejak.  Secawan anggur yang diteteskan pohon-pohon kurma.  Habis diminum tanah yang kehilangan akar tunggangnya.

Luput.  Tak kena.  Anak panah yang dilepaskan dari genggaman para pahlawan.  Bagi jantung hitam yang membutakan segala penglihatan.

Pupus.  Mutlak terhapus.  Huruf-huruf yang melupakan makna.  Tentang surga dan neraka serta bumi di antaranya.

Hilang.  Tak mau pulang.  Para pengembara yang mencari apa arti cinta sesungguhnya.  Di puncak gunung tinggi.  Dan ngarai gelap sesunyi peti mati.

Lupa.  Tak bertanda.  Kata-kata bijak yang digoreskan para pujangga.  Untuk mengingatkan perlawanan.  Terhadap lunturnya banyak ingatan.

Puisi tentang kehilangan.  Mengakhiri sajak pertemuan. 

Puisinya hilang.  Ditemukan oleh sajak berbait kenangan.

Bogor, 25 Mei 2018 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun