Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mosaik Nelangsa sebuah Hutan

20 Mei 2018   04:36 Diperbarui: 20 Mei 2018   04:45 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bergulung-gulung awan memaku kekosongan

langit yang sebetulnya mencoba menghindar

karena sudah berjanji kepada pagi

harinya akan secerah air muka seorang putri

setelah dilamar pangeran yang

membangunkannya dari keterkejutan atas

keruhnya air dan retaknya bumi

Putri itu ingin tinggal di tengah hutan

belantara tempat siamang, macan dan beraneka kumbang

hidup berdampingan dan saling memangsa dengan sopan serta bukan

cakar-cakaran hanya karena ingin lebih berkuasa atau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun