Kau sengaja memenjarakan diri dalam sunyi. Â Pikirmu tak ada sesiapa yang datang mengangsurkan kicauan burung pagi. Â Kau merasa begitu sepi. Sampai-sampai di matamu kau bangun jeruji.
Kau menyalakan matahari di hati. Â Beku ini harus dicairkan atau selamanya kau akan dikungkung kesendirian. Prasangkamu terhadap janji adalah buta. Tak terlihat mata. Harus dibuktikan dengan kisah nyata.
Sipir penjara di matamu adalah penjaga bersenjata sederhana. Ratapan. Mereka selalu menyuntikkan isyarat meratap-ratap begitu terlihat kau mulai ingat akan bahagia. Pantas saja jika jeruji di matamu makin serupa baja. Bukan lagi kepingan tipis batu bata.
Kau menafsirkan sendiri bahwa jeruji di matamu adalah abadi. Kesalahan besar. Tak ada yang abadi kecuali yang berhak membuat mimpi. Bagimu, bagiku dan bagi orang-orang yang suka melarikan diri dari kerumitan.
Besok pagi. Dengan bantuan angin pertama yang meneteskan embun di daun mangga. Kau lepaskan merpati untuk mengirimkan pesan. Sudah tiba masanya jeruji itu dilenyapkan.
Jakarta, 13 April 2018