Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jeruji di Matamu

13 April 2018   11:01 Diperbarui: 13 April 2018   11:13 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: LINE Today

Kau sengaja memenjarakan diri dalam sunyi.  Pikirmu tak ada sesiapa yang datang mengangsurkan kicauan burung pagi.  Kau merasa begitu sepi. Sampai-sampai di matamu kau bangun jeruji.

Kau menyalakan matahari di hati.  Beku ini harus dicairkan atau selamanya kau akan dikungkung kesendirian. Prasangkamu terhadap janji adalah buta. Tak terlihat mata. Harus dibuktikan dengan kisah nyata.

Sipir penjara di matamu adalah penjaga bersenjata sederhana. Ratapan. Mereka selalu menyuntikkan isyarat meratap-ratap begitu terlihat kau mulai ingat akan bahagia. Pantas saja jika jeruji di matamu makin serupa baja. Bukan lagi kepingan tipis batu bata.

Kau menafsirkan sendiri bahwa jeruji di matamu adalah abadi. Kesalahan besar. Tak ada yang abadi kecuali yang berhak membuat mimpi. Bagimu, bagiku dan bagi orang-orang yang suka melarikan diri dari kerumitan.

Besok pagi. Dengan bantuan angin pertama yang meneteskan embun di daun mangga. Kau lepaskan merpati untuk mengirimkan pesan. Sudah tiba masanya jeruji itu dilenyapkan.

Jakarta, 13 April 2018


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun