Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Judul Puisiku Berubah Satu

26 Maret 2018   05:56 Diperbarui: 26 Maret 2018   11:17 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: bushra.annabaa.org

Aku merubahnya.  Karena diminta oleh cuaca.  Hari ini hujan.  Kenapa mesti mengeluh tentang kemarau.  Tidak pada tempatnya.  Sungguh tercela.

Sebelumnya aku berencana memberinya judul airmata yang tertinggal.  Tapi untuk apa menangis.  Sementara bumi yang terluka saja tetap berputar pada orbitnya.

Judul puisinya berubah.  Namun isinya tetap tentang keinginan yang tabah.  Dari orang-orang yang merasa bersalah.  Karena mengaku rindu kepada waktu.  Padahal angkanya digeser satu persatu.  Agar bisa diatur seperti tanaman pagar yang teratur.

Dari seribu puisi.  Judulnya sebagian adalah mimpi.  Sebagiannya lagi pedih, perih dan rintih.  Lalu dimana letak api?

Dari judul-judul yang berjajar rapi.  Hampir semua terdiri dari puja, puji dan senyum berseri.  Lalu dimana adanya caci maki?

Sampit, 25 Maret 2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun