Prolet tersipu-sipu. Â Ucapan Tuan Puteri membekas hangat di hatinya yang kuncup.Â
"Prolet, akan ada kunjungan dari mitra penting perusahaan. Â Aku tunjuk kamu untuk menjadi ketua panitia penyambutan. Â Aku mempercayaimu. Â Jangan sia-siakan ya?" Â Tuan Puteri tersenyum manis.
Manis sekali, pikir Prolet kalut. Â Seandainya gula itu boleh aku ganti namanya, aku akan ganti dengan nama Tuan Puteri. Â Uuhh dasar pilon! Manalah mau orang yang menciptakan nama gula diganti. Â Itu hak paten. Â Lanjut pikiran Prolet membantah cepat.
Tak urung perintah Tuan Puteri membuat Prolet siaga 1. Â Dia tidak boleh mengecewakan! Â Tuan Puteri adalah orang terakhir di muka bumi yang tak ingin dikecewakannya. Â Selain simboknya tentu saja.
-------
Kunjungan itu masih seminggu lagi. Â Tapi Prolet tidak mau bermain-main dengan waktu. Â Dipersiapkannya semua rencana penyambutan dengan matang. Â Prolet tahu tidak bisa mengandalkan Sahwat. Â Tapi dia harus mengikutkan orang itu jika tidak ingin disabotase. Â Paling tidak jangan beri peran vital kepada Sahwat. Â Takutnya semua berantakan.
Acara penyambutan akan diadakan di kantor. Â Perlu hiasan agar kantor meriah. Â Kantor juga harus bersih dan rapi. Â Prolet mengerjakan semuanya hampir sendirian. Â Setelah pulang kerja dan sebelum memulai kerja. Â Berkat pengalamannya menjadi OB sekian lama, Prolet tidak terlalu susah saat mengerjakan pekerjaan bersih-bersih kantor.Â
Sahwat kebanyakan hanya menonton sambil memberi instruksi sana sini. Â Belum lagi gangguan yang didapat Prolet dari Bos Pantry. Â Perintah ini itu yang sebetulnya tidak perlu. Â Ujung-ujungnya Prolet kehabisan tenaga. Â Dan Sahwat tersenyum-senyum penuh kemenangan melihat Prolet kelelahan.
------
H minus 3.
Sekalipun banyak gangguan yang didapatkan Prolet dari Sahwat dan Bos Pantry, setidaknya Prolet sudah menyelesaikan 75% dari rencana penyambutan. Â Tinggal tiga hari lagi. Â Prolet cemas. Â Khawatir sekali ada yang terlupa dan lepas dari rencana. Â Menghias kantor, sudah. Â Membersihkan dan merapikan kantor, sudah.Â