Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tempat yang Kau Sebut Rumah

11 Oktober 2017   20:28 Diperbarui: 11 Oktober 2017   21:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau pasti tinggal dalam sebuah tempat yang kau sebut rumah.  Kau tata perabotnya seperti kau menanam sayuran.  Kau berharap kelak akan memanen kebahagiaan.

Tapi jika pun lampit rotan yang kau pasang di ruang tengah.  Koyak karena usia atau gigitan anai-anai.  Biarkan saja.  itu adalah bagian dari cerita yang sedang kau tuliskan.  Di dalam buku yang dibagikan Tuhan.

Pikirkanlah bagaimana halaman depan selalu rimbun dengan kemuning.  Warna bunganya yang putih akan melindungimu dari rintih.  Hijau daunnya akan menuntunmu dalam jebakan silau.  Jangan lupa pagari dengan melati.  Kembang misteri yang sering menjumpai ratu cantik dari selatan.  Wanginya akan menyirami hatimu sekuat air melubangi bebatuan.

Tempat yang kau sebut rumah bisa diterobos oleh rembesan hujan.  Tampung dalam cawan.  Esok  berikan minum kepada gagak hitam.  Burung kematian yang sebenarnya adalah pesuruh kebenaran.  Kebenaran tentang warna malam.  Kebenaran tentang dua sumbu yang berlawanan. Namun tegas dalam memberikan keseimbangan.

Jakarta, 9 Oktober 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun