Mohon tunggu...
Millennia Agatha
Millennia Agatha Mohon Tunggu... Mahasiswa - A dream catcher and long life learner

Hello!^^ Let's write together about everything.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyapa Lewat Alam

10 April 2021   20:09 Diperbarui: 10 April 2021   20:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Coretan basa basi lingkungan oleh Millennia Agatha)

Selama ini, seperti yang kita tahu manusia selalu menanam rindu dan menyapa manusia lainnya ya hanya lewat manusia. Tapi gimana, kalau ternyata alam adalah sarana untuk menyapa seseorang di luar sana? Masih berpikiran mustahil?

Kawan, coba perhatikan keadaan langit kalau lagi bangun tidur atau pas sore hari? Indah bukan?  Manusia mana yang tak tergoda untuk menikmati keindahannya? Pemandangan gunung, sawah, sungai di pedesaan yang masih jernih? Adakah masih bisa kita temui keadaan seperti itu pada zaman ini? Zaman yang katanya serba modern dan canggih ini?

Sadar gak sadar, kalau bahas tentang alam, sebenarnya hidup kita tergantung banget sama mereka. Pernah denger gak kalau lagi rindu sama seseorang misalnya? Kita tinggal lihat ke arah langit, bintang, bahkan keindahan langit keitka fajar dan senja adalah sebagian kecil ilustrasi dari bagaimana makhluk-makhluk di bumi ini bersuara lewat alam. Bukan hanya manusia, binatang dan tumbuhan pun pada nyatanya lebih paham bagaimana menghargai tempat hidupnya, dibangingkan manusia yang katanya diberikan akal dan naluri untuk berfikir dan bertindak. Hanya sekedar sebagai bahan introspeksi, maksudnya, sejatinya percuma jika para manusia masih hanya mengandalkan kesombongannya, toh kenyataannya kita tidak punya apa-apa. Hehe. Nah yang kaya gini nih, ibaratnya kalau kata Rusdi Mathari, "Manusia itu terkadang suka merasa pintar, padahal bodoh saja tak punya."

Sejak kecil hingga dewasa, kita terlalu terpaku pada tujuan-tujuan besar, yang gak salah sih untuk bermimpi mewujudkannya. Sampai-sampai, seringkali kita melupakan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita, lupa menjaganya, hingga lupa kalau ternyata mereka adalah bagian dari kita.

Alam dan manusia ibarat dua hal yang gak bisa dipisahkan lagi keberadaannya. Sampai seperti suatu ketika saya mengambil kutipan yang berbunyi "When we heal the earth, we heal ourselves." --- David Orr. Lewat kutipan itu, kita harusnya sadar kalau alam bukan benda mati yang bisa diperlakukan dengan semena-mena. Alam adalah tempat berlindung, bernaung, datang, dan pulang. Alam bagaikan sajak bagi fajar dan senja. Kehidupan kita bahkan bukan apa-apa tanpa keberadaan mereka. Dari bangun tidur, kita butuh sinar matahari untuk jemur pakaian, butuh air untuk mandi, makan, minum. Semua akan bisa kita dapatkan dengan alam.

Beberapa waktu yang lalu, saya melakukan olahraga pagi bersama keluarga. Entah untuk sekedar berlari-lari kecil, berjalan menapaki jalan sepanjang sawah ketika hari masih kabut dan buta. Tapi, yang saya dapati, saya seringkali merasa sedih pas ngelihat sampah-sampah yang masih berserakan di depan mata. Di sini, seakan-akan semua telah terlihat jelas, bagaimana mirisnya manusia yang tidak beretika pada alamnya. Banyak yang saya temui entah itu sampah bekas makanan, minuman, sachetan sampo, sabun, atau bahkan yang lebih menjijikkannya lagi pampers bayi dan anak-anak. Nah, kan. Belum lagi, sampah-sampah yang biasa kita temui di aliran-aliran sungai yang ada di sekitar rumah.   Lahdahlah. Kok bisa ya, setega itu manusia dengan alamnya.

Pernahkah mereka, saya, atau bahkan kita berfikir sejenak, untuk merasakan, betapa sedihnya alam diperlakukan oleh makhluk yang hanya menumpang untuk tinggal bersamanya. Lalu, dalam perjalanannya terkadang manusia perlu merenungkan sejenak mengenai eksistensi keberadaannya di alam ini. Manusia bilang kalau hidup mereka bergatung sama keberadaan alamnya. Tapi, anehnya, manusia juga yang masih sanggup untuk merusaknya.

Seandainya manusia mampu berfikir dengan jernih, bertindak dengan hati. Pastilah, yang kita dapati alam adalah teman, bahkan sahabat yang selalu mengerti apa yang kita butuhkan dari mereka. Nah, kalau dari judulnya, menyapa lewat alam itu maksudnya sebenernya simple banget sih. Manusia kan dalam hidupnya butuh berinteraksi dengan hewan, tumbuhan, bahkan dengan manusia lainnya. Trus kalau udah gitu, siapa yang bakal dukung interaksi yang terjadi, saling sapa menyapa antar makhluk hidup yang satu dengan lainnya, kalau bukan alam? Menurutku bakal susah terjadi sih kalau udah kaya gitu. Jadi, interaksi yang paling baik itu ya jalannya hanya lewat alam. Intinya, kalau kita mau baikan sama alam, gak akan alam mau jahat-jahat sama kita. Buktinya, manusia gak akan pernah bisa hitung berapa kali dirinya berbuat jahat dengan alamnya, tapi alam masih selalu support kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Ya meskipun, gak semua manusia di bumi ini akan selalu berbuat jahat dengan alamnya. Saya sangat percaya, kalau di bumi ini, akan selalu "masih ada" orang-orang yang mau berbaik hati sama tempat hidupnya sendiri. Mau berniat, berfikir, dan berlaku dengan baik pada alamnya. Memang hal tersebut gak gampang buat dilakukan, semuanya butuh proses. Menyadarkan pada sesama misalnya, itu adalah hal susah untuk dilakukan yang juga bagian dari prosesnya.

Lalu seandainya juga, alam adalah sahabat karib yang merasa senang karena keberadaannya selalu kita perhatikan, tentu aura dan energi yang dipancarkannya adalah bagian yang tidak akan dapat terlewatkan dalam kehidupan manusia. Menjaganya, adalah bentuk rasa syukur atas segala yang Tuhan berikan pada kita. Kalau alam saja marah, bagaimana dengan marahnya sang-pencipta-Nya pada penghuni alamnya?

Manusia yang beruntung  adalah manusia yang tau bagaimana seharusnya dia berniat, berfikir, dan bertindak. Termasuk juga dengan alamnya. Lalu yang terakhir, kalau saja manusia tidak dapat berbuat banyak untuk alamnya, setidaknya manusia hanya perlu menahan untuk berbuat kerusakan padanya. Bagaimana kita memperlakukan alam adalah bagaimana juga alam memperlakukan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun