Selain itu, saya ingin Surabaya menjadi kota hijau dan berkelanjutan. Transportasi listrik akan diperluas, investasi energi terbarukan akan didorong, dan kawasan industri diarahkan untuk lebih ramah lingkungan.
Aspek inklusivitas juga sangat penting. Kota ini harus ramah bagi semua kalangan, termasuk anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Trotoar, transportasi umum, dan fasilitas publik akan dirancang agar bisa diakses semua orang.
Terakhir, identitas budaya Surabaya sebagai kota pahlawan harus diperkuat. Saya membayangkan adanya festival tahunan berskala internasional, revitalisasi bangunan bersejarah, serta pengembangan wisata heritage. Dengan begitu, Surabaya bukan hanya kota modern, tetapi juga kota yang tetap bangga dengan sejarah dan budayanya.
Penutup
Sepuluh tahun pertama menjadi wali kota Surabaya adalah waktu yang sangat berharga untuk meletakkan fondasi pembangunan yang berkelanjutan. Refleksi ini membuat saya menyadari bahwa kepemimpinan di kota besar bukan hanya soal membangun infrastruktur, melainkan juga membangun manusia. Tantangan memang kompleks, mulai dari transportasi, permukiman, lingkungan, hingga digitalisasi. Namun dengan strategi bertahap---membangun fondasi pada tahun awal, mempercepat pengembangan di tahun tengah, dan mematangkan program di tahun akhir---saya yakin Surabaya bisa berkembang menjadi kota yang modern, hijau, inklusif, dan membanggakan warganya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI