Mohon tunggu...
Milla Fitri Ariani
Milla Fitri Ariani Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Seorang yang berkomitmen pada pengembangan, serta menyeimbangkan prestasi akademik dan non-akademik. Percaya bahwa kerja keras dan konsistensi adalah kunci mencapai potensi terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Bayangan Menjadi WaliKota Surabaya: Tantangan dan Strategi 10 Tahun Pertama

25 September 2025   13:08 Diperbarui: 25 September 2025   13:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membayangkan diri saya menjadi wali kota Surabaya membuat saya sadar bahwa memimpin sebuah kota besar bukanlah perkara mudah. Surabaya bukan hanya kota terbesar kedua di Indonesia, tetapi juga simbol penting dalam sejarah bangsa sebagai kota pahlawan. Saat ini Surabaya juga dikenal sebagai pusat perdagangan, jasa, dan pendidikan di Jawa Timur. Dengan posisi strategis itu, tantangan yang dihadapi sangat beragam, mulai dari persoalan transportasi, lingkungan, hingga kesenjangan sosial. Jika saya diberi amanah memimpin Surabaya, sepuluh tahun pertama kepemimpinan akan saya dedikasikan untuk membangun fondasi kota yang lebih modern, berkelanjutan, dan inklusif.

Tantangan yang Menjadi Prioritas

Sebagai wali kota, tentu tidak semua masalah bisa diselesaikan sekaligus. Maka, saya harus menetapkan prioritas. Ada beberapa tantangan besar yang menurut saya harus menjadi perhatian utama.

Pertama, kemacetan dan transportasi publik. Surabaya semakin hari semakin padat. Jumlah kendaraan pribadi meningkat drastis, sementara jalan tidak bertambah luas. Transportasi umum sebenarnya sudah ada seperti Suroboyo Bus, namun belum mampu membuat masyarakat beralih dari kendaraan pribadi. Jika dibiarkan, kemacetan akan semakin parah dan menurunkan kualitas hidup warga.

Kedua, permukiman dan urbanisasi. Surabaya sebagai kota besar selalu menjadi tujuan urbanisasi. Banyak pendatang yang datang mencari pekerjaan, namun tidak semua mampu mendapatkan hunian yang layak. Akibatnya, kawasan kumuh muncul di bantaran sungai dan gang-gang sempit. Kondisi ini berhubungan erat dengan masalah banjir, kesehatan, dan ketertiban kota.

Ketiga, lingkungan hidup dan perubahan iklim. Surabaya rawan banjir rob karena posisinya sebagai kota pesisir. Selain itu, polusi udara dan sampah masih menjadi masalah serius. Meski kota ini sudah punya cukup banyak taman, ruang terbuka hijau harus terus diperluas agar kota tetap seimbang antara beton dan pepohonan.

Keempat, pemerataan ekonomi dan UMKM. Surabaya dikenal sebagai kota perdagangan, tetapi tidak semua warganya merasakan manfaat dari geliat ekonomi. UMKM yang jumlahnya ribuan sering kali masih tertinggal dari sisi digitalisasi dan akses permodalan. Padahal, UMKM adalah tulang punggung ekonomi rakyat.

Kelima, pendidikan dan kesehatan. Layanan publik di Surabaya memang cukup baik dibanding kota lain, namun kualitas dan pemerataannya belum sepenuhnya merata. Masih ada masyarakat di wilayah pinggiran yang sulit mengakses pendidikan dan kesehatan dengan baik.

Keenam, digitalisasi dan tata kelola kota. Surabaya sudah memulai langkah menjadi smart city, tetapi sistem yang ada perlu diintegrasikan secara lebih menyeluruh. Kota ini membutuhkan layanan digital yang efisien, transparan, dan inklusif agar masyarakat merasakan langsung kemudahan dari teknologi.

Strategi Tahun 1--3: Membangun Fondasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun