Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sang Pemersatu Bangsa...

12 Juli 2015   12:46 Diperbarui: 12 Juli 2015   12:46 3349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup manusia selalu mendambakan kemenangan. “Hidup adalah milik para pemenang”, itu adalah sebuah kalimat untuk me motivasi diri. Dalam kompetisi apapun, entah dalam realita kehidupan, dalam olahraga dan dalam kompetisi lainnya, setiap orang ingin meraih kemenangan dengan cara apapun. Seperti yang pernah di cuit oleh Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, “Seakan hidup ini hanya milik para pemenang dg cara apapun meraihnya.” Jadi, apapun caranya, bagaimanapun jalannya, orang akan berusaha untuk mencari kemenangan.

Tapi bagaimana jika ada kemenangan dan kehebatan justru membawa bencana bagi diri sendiri dan keluarga? Bahkan, yang lebih ektrem lagi justru kehebatan dan kemenangan itu diraih dalam peperangan yang menetukan bangsa dan negara. Apa pernah terpikir seperti itu?

Ketika ingin menuangkan kisahnya dalam tulisan ini, dalam beberapa hari ini saya pikir terus, karena kisah yang akan saya tulis di bawah ini, adalah sebuah kisah nyata tentang kehebatan seorang Laksamana Belanda! Ada keraguan dan rasa gimana gitu. Karena, sebagai bangsa Indonesia, saya juga masih merasakan pahitnya, ketika bangsa kita dijajah oleh Belanda. Dan saya juga turut prihatin manakala mengingat korban perang kemerdekaan yang sangat banyak dalam upaya mengusir penjajah.

Tapi, setelah saya pikir lagi, biarlah, toh isu penjajah Jepang atau Belanda sudah bukan lagi sebagai isu yang sensitif jika dibanding dengan isu Tionghoa atau China (yang bukan penjajah). Buktinya sudah banyak juga tulisan yang menceritakan kehebatan orang Jepang. Jadi saya putusin untuk menulis kisah heroik seorang Laksamana Belanda, yang dituangkan dalam film berjudul “Admiral : Michiel de Ruyter”

Sebelumnya mohon maaf, tulisan ini tidak ada maksud apa apa, saya cuma ingin kita melihat tentang sosok seorang Laksamana yang gagah berani, tanpa berpolitik, hanya murni ingin membela negeri dan keluarganya...

*****

Film ini bergenre biografi dan histori, berlatar belakang peperangan antara Belanda, Inggris dan Perancis yang terjadi pada abad ke 17. Disutradarai oleh Roel Reine dan diproduksi oleh Klaas de Jong, dan “hanya” menelan biaya produksi 8 juta Euro saja. Dirilis pada 29 Januari 2015, di Belanda, tapi sampai saat ini belum juga dirilis di Amerika.

Karena sangat kecil kemungkinan bisa diputar di bioskop tanah air, maka saya akan menceritakan lebih detail tentang film itu. Jadi tulisan ini mungkin panjang, mudah mudahan ga ngebosenin bacanya...

Diceritakan dalam film yang berdurasi 151 menit itu, Michiel de Ruyter, adalah orang Belanda berpangkat Mayor, berada dikapal yang sedang perang dengan pasukan Inggris.

Untuk pertama kali, armada Belanda terlibat perang dagang di Heijde (Ter Heijde) dengan armada Inggris, pada Agustus 1653. Saat itu posisi kapal kapal Belanda sudah dalam keadaan terjepit, namun berkat aksi heroik dan cerdas dari Michiel, akhirnya armada Belanda bisa berbalik menghajar pasukan Inggris.

Walaupun mereka bisa memukul mundur pasukan Inggris, pasukan Belanda harus membayar mahal kemenangannya, karena mereka kehilangan pemimpin yang sangat ditakuti lawan dan dihormati seluruh anak buahnya, yaitu Laksamana Maarten Tromp (diperankan oleh Rutger Hauer).

Sebuah pesan penting dari Laksamana Maarten Tromp untuk Michiel de Ruyter.

 

Disaat yang hampir bersamaan, Johan de Witt (diperankan oleh Barry Atsma) dari kelompok Republik terpilih menjadi Perdana Menteri yang baru bagi Republik Belanda dan Friesland Barat. Politik dalam negeri Belanda sedang hangat hangatnya, dalam parlemen ada dua kekuatan yang sedang berperang, kelompok yang satu pendukung Republik (Republiken) dan yang satunya pendukung Dinasti Oranye (Orangist).

Catatan : Bentuk pemerintahan Belanda saat itu adalah republik yang hanya terdiri dari 7 provinsi saja –berdiri pada tahun 1581 hingga tahun 1795- meskipun Pangeran William van Oranye -sebagai ahli waris kerajaan Belanda -sangat lemah (mungkin karena masih kecil, baru 3 tahun??), tapi dukungan kepada pihak kerajaan masih sangat kuat di parlemen dan rakyat. Kelemahan lainnya, kekuasaan Pangeran William III masih dalam bayang bayang kekuasaan Pangeran Charles II dari kerajaan Inggris, yang notabene masih terhitung pamannya (makanya Pangeran William III juga dikenal dengan nama Pangeran William III of England). Pangeran William III, terobsesi ingin menjadi raja Belanda, hali itu bisa terjadi jika diangkat oleh Pangeran Charles II. Sedangkan Perdana Menteri, Johan de Witt menginginkan Belanda mempunyai kemerdekaan dan kebebasan sendiri. Perbedaan pendapat inilah yang menyebabkan kedua kubu terus bertentangan.

Kabar tentang meninggalnya Laksamana legendaris, Maarten Tromp dan kehebatan Mayor Michiel de Ruyter di laut, akhirnya sampai ke telinga Perdana Menteri dan orang orang di parlemen. Perdana Menteri Johan de Witt, memanggil Michiel de Ruyter dan menawarkan jabatan Laksamana untuk menggantikan Laksamana Maarten Tromp.

Dengan alasan tidak pantas menerima jabatan itu, karena bukan seorang yang berdarah bangsawan dan bukan berlatar belakang tentara, Michiel menolak tawaran Perdana Menteri.

Micheil sudah berjanji kepada istrinya Anna (Sanne Langelaar), tidak akan meninggalkannya lagi, karena ia ikut merasa bersalah atas meninggalnya satu orang putrinya yang masih dalam kandungan istrinya. Micheil ingin mempunyai kehidupan yang lebih tenang di rumah bersama anak dan ke empat orang anaknya.

Ketika dalam keadaan mendesak, Perdana Menteri terpaksa mengangkat Jacob van Wassenaer Obdam, sebagai Laksamana perang Belanda. Dalam pertempuran Zeeslag bij Lowestoft (pertempuran kedua antara armada Inggris melawan pasukan Belanda) yang berlangsung 3 hari (11 juni 1965 – 13 Juni 1965) Laksamana Jacob van Wassenaer Obdam meninggal dalam usia 55 tahun. (selengkapnya bisa dibaca disini)

Pasukan Inggris berhasil melumat pasukan Belanda. Korban jiwa dipihak Belanda mencapai 3000 orang dan yang ditawan 2000 orang. Kekalahan telak pasukan Belanda ini, diduga karena Laksamana Jacob van Wassenaer Obdam salah menerapkan strategi perang.

Kubu Oranye menjadikan kekalahan itu sebagai momentum untuk menghajar kubu Republik di sidang dewan, dan menjatuhkan citra kubu Republik sekaligus citra Johan de Witt dihadapan rakyat.

Ketika tahu armada perang Belanda sedang hancur, Spanyol, Jerman dan Perancis, bersiap siap untuk menyerang Belanda, seperti serigala serigala lapar yang melihat domba sedang jatuh.

*****

Keluarga Michiel de Ruyter, tinggal di Vlissingen, sebuah daerah pelabuhan dibibir pantai Laut Utara, yang berbatasan dengan Belgia. Mereka bisa melihat dengan jelas korban berjatuhan di pihak Belanda, mereka melihat persis pasukan negara lain menghajar armada Belanda.

Ketika melihat korban berjatuhan, Anna menyuruh Michiel tidak tinggal diam... (Hebat..)

 

Dalam sidang dewan, Perdana Menteri Johan de Witt didesak kubu Oranye untuk memilih Cornelis Tromp (Hajo Bruins) anak Maarten Tromp sebagai Laksamana baru. Tapi. ketika melihat keangkuhan Cornelis Tromp, berikut tuntutannya yang aneh aneh, membuat Johan de Witt kembali ingin menggaet Michiel de Ruyter.

Berkat peran istri dari kedua tokoh ini, akhirnya, Michiel de Ruyter bersedia menjadi Laksamana pasukan Belanda dan Kapten Cornelis Tromp ditetapkan menjadi wakilnya.

Menurut Michiel, persatuan dan kebersamaan adalah kunci kemenangan. Selama ini armada pasukan Belanda sering berperang sendiri sendiri, tidak ada garis komando yang bisa menghubungkan satu kapal dengan kapal lainnya.

Laksamana Michiel Adriaenszoon de Ruyter, ingin menggunakan kode supaya bisa memberi perintah, dan mengatur seluruh armada yang berjauhan serta mengganti taktik serangan secepatnya.

Akhirnya, cara itu terbukti sangat efektif. Dalam pertempuran empat hari (11 Juni 1666 - 14 Juni 1666) yang dikenal dengan Vierdaagse Zeeslag, pasukan Michiel berhasil menghajar balik armada pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jenderal George Monck, Duke of Albemarle, sekaligus membalas kekalahan mereka tahun lalu.

Tidak mudah ketika kita sedang berada di posisi puncak, semakin tinggi maka angin yang bertiup semakin kencang, itu pepatah yang tidak boleh dilupakan. Keberhasilan Michiel de Ruyter meraih posisi Laksamana, dan memenangkan perang, justru menyebabkan banyak orang di kubu Oranye menjadi dengki.

Dalam pertempuran empat hari itu, sang Wakil Laksamana, Kapten Cornelis Tromp menyadari posiisi yang sangat penting dan vital sehingga kurang menghargai kehebatan Michiel. Cornelis Tromp dibantu oleh Kievit dari kubu Oranye berusaha menjatuhkan Michiel.

Pada pertempuran selanjutnya (Tweedaagse Zeeslag), yang terjadi pada tanggal 4 dan 5 Agustus 1666, Kapten Cornelis Tromp tidak mau mematuhi kode yang dikirim oleh Laksamana Michiel. Kapten Cornelis Tromp, malah berperang sendiri senidiri. Akibatnya sangat fatal. Sebagian besar armada pasukan Belanda musnah dibantai pasukan Inggris, tak terkecuali kapal kebanggaan mereka yang baru dibuat.

Laksamana Michiel marah dan memecat Kapten Cornelis Tromp. Dan melarang ikut dalam pasukannya lagi, bahkan Michiel mencela perbuatannya dengan anggapan telah merusak nama baik keluarga Tromp (ini yang belakangan disesalinya sendiri, karena bisa jadi bibit permusuhan).

Sialnya, pada saat yang bersamaan Perdana Menteri Johan de Witt, berani menghukum mati seorang perwira yang dekat dengan pihak kerajaan, karena perwira itu ketauan bernegosiasi dengan kerajaan Inggris. Pangeran William III of England (Egbert Jan Weeber) murka, dan menganggap Perdana Menteri sudah berani terang terangan menentang kerajaan.

Tidak sampai disitu saja keberanian Johan de Witt, karena ia juga ingin mempermalukan Kerajaan Inggris. Johan de Witt berencana ingin mengirim pasukan menyusup masuk ke Inggris untuk memusnahkan armada Inggris!!!

Tidak akan terpikir oleh siapapun, ibarat masuk ke kandang singa, ini sebuah rencana gila yang hebat, brilian dan penuh resiko!!!

Jadi bisa diduga, ketika rencana itu terealisasai. Serangan yang mengejutkan itu berakhir dengan gemilang. Hampir seluruh armada pasukan Inggris berhasil dibakar, bahkan kapal kebanggaan kerajaan Inggris, Royal Charles, berhasil dibawa ke Belanda. Dan ukiran lambang kebesarannya ditunjukan kepada anggota dewan dalam keadaan terbelah!!

Sebuah aksi spektakuler yang sukses mempermalukan kerajaan Inggris. Melihat kehancuran armada perangnya, Pangeran Charles II akhirnya bersedia menanda tangani perjanjian damai dengan Belanda.

*****

Ada sebuah isu yang didengar oleh para penguasa daerah, bahwa pasukan Perancis sedang menggalang kekuatan untuk menyerang Belanda secara besar besaran. Penguasa daerah sangat ketakutan dan minta Perdana Menteri bertindak.

Di sisi lain, Raja Perancis Louis XIV, mengirim seorang utusan perempuan sexy (yang menjadi kesukaan Pangeran Charles II), Louise (diperankan oleh Aurélie Meriel) untuk merayu Pangeran Charles II, supaya mau menghajar Belanda dengan cara meminta bantuan Perancis.

(Padahal, sebenarnya Louis XIV memang berniat bisa menguasai Belanda, tapi pasukan Perancis tidak bisa langsung masuk ke daerah Belanda karena harus melewati daerah Inggris, sedangkan Inggris dan Belanda sudah membuat kesepakatan damai.)

Pangeran Charles II, yang masih dendam -tapi frustrasi karena armadanya sudah habis- tanpa pikir panjang lagi, langsung mengirim surat permohonan bantuan kepada Raja Perancis Louis XIV, untuk bisa melumat Republik Belanda.

Perdana Menteri Johan de Witt memohon kepada Laksamana Michiel de Ruyter...

 

Berita tentang penyerangan pasukan Perancis membuat seluruh masyarakat Belanda makin ketakutan. Berita itu kemudian dimanfaatkan kubu Oranye dengan melontarkan fitnah keji untuk mendiskreditkan Michiel dan Perdana Menteri Johan de Witt.

Hampir saja rumah Michiel dibakar oleh massa yang sudah terhasut. Beruntung Anna bukanlah istri yang penakut, setelah memadamkan api yang dilemparkan ke dalam rumah, dengan gagah berani, ia menghadapi massa yang mulai bertindak brutal.

Inilah percakapan antara Anna dengan pendemo...

“Adakah yang lebih baik kalian lakukan? “Kembali ke keluarga kalian”

- Suamimu mengkhianati kami.

“Menghianati kalian? Benarkah? Jadi apa yang suamiku lakukan ketika Inggris menyerang kita di Plymouth? Dan Ter Heijde, dan Bergen dan Chatham? Apakah dia mengkhianati kalian? Atau apakah suamiku menyelamatkan kalian dan keluarga kalian? Aku mengerti bahwa kalian takut. Aku juga takut. Jadi, pulanglah dan biarkan Michiel melakukan apa yang selalu dilakukannya. Mempertaruhkan hidupnya hingga kalian semua bisa tidur dengan aman.

****

Masyarakat Belanda semakin panik, ketika diketahui pasukan Perancis masuk dan menyerang Maastricht -yang berbatasan dengan Belgia- tekanan terhadap Perdana Menteri pun semakin menggila. Kubu Oranye menginginkan pangeran segera mengambil alih semua tanggung jawab dan Perdana Menteri, Johan de Witt dituntut mengundurkan diri. Pihak Republik berbalik tidak lagi mau memberi dukungan.

Kubu Oranye juga berusaha mempengaruhi Pangeran William III untuk mengganti Laksamana Michiel karena dianggap dekat dengan Perdana Menteri. Tapi pangeran masih tetap ingin mempertahankan Michiel, karena ia sadar bahwa Michiel sangat dicintai rakyat Belanda.

Merasa belum berhasil menjungkalkan Johan de Witt dari kursi Perdana Menteri, kubu Oranye lagi lagi membuat fitnah yang lebih kejam. Mereka mengatakan bahwa Johan de Witt dan adiknya Cornelis de Witt, berencana ingin membunuh Pangeran William III !!!

Keruan saja, isu itu dimakan mentah mentah oleh para rakyat pendukung kerajaan. Cornelis de Witt kemudian ditangkap dan disiksa secara mengerikan, hanya untuk mendapat pengakuan telah bersekongkol bersama kakaknya, ingin membunuh pangeran. Tubuhnya diikat tengkurap, kedua tangan dan kaki direntangkan lalu diikat. Kemudian ditarik bersama sama kedepan dan kebelakang, sambil punggungnya dicambuk!!!

Merasa sia sia, tidak mendapat pengakuan dari Cornelis, kubu Oranye lalu menjebak Johan de Witt dengan umpan adiknya. Sadar mereka dijebak, namun terlambat. Ketika berusaha melarikan diri, kakak beradik de Witt berhasil ditangkap. Dibuat pengadilan jalanan oleh massa pendukung kerajaan dengan tuduhan sebagai penghianat. Laksamana Michiel yang datang untuk menolong, malah justru ingin ditangkap massa Oranye.

Sungguh tragis, akhirnya Perdana Menteri Johan de Witt dan adiknya Cornelis de Witt tewas dengan keadaan yang mengenaskan. Tubuh keduanya dimutilasi, alat vitalnya dipotong, bahkan organ dalam tubuhnya turut dikeluarkan.

*****

Pihak kerajaan masih membutuh Michiel untuk memimpin armada perang, guna mengusir Perancis dan Inggris yang datang menyerang di perairan Belanda. Pangeran William III, secara langsung meminta Laksamana Michiel supaya mau bekerjasama lagi dengan Kapten Cornelis Tromp. Dan Kapten Cornelis Tromp berjanji akan mematuhi semua perintahnya.

Menghadapi dua armada perang, dari dua negara besar -Inggris dan Perancis- yang bergabung Laksamana Michiel de Ruyter, tidak ciut nyalinya. Secara matematis jelas Belanda akan kalah dalam pertempuran itu. Tapi dia punya cara dan tipuan jitu untuk membelah armada inggris dan Perancis.

Biisa dibayangkan betapa hebatnya pertempuran “Slag bij Kijkduin”. Ketika armada sebuah negara kecil, berani menghadang armada gabungan dua negara besar, yang saat itu sangat berkuasa di dataran Eropa. Saking hebatnya pertempuran itu, peluru meriam dari kapal bisa menyasar sampai ke pantai. Mayarakat yang menonton perang dari pantai, dibuat kocar kacir...

Laksamana Michiel memasang umpan jebakan. Kapal Kapten Tromp sengaja disuruh keluar barisan, dibuat seakan akan tidak disiplin seperti pada kejadian Tweedaagse Zeeslag yang lalu. Pasukan gabungan memakan umpan Michiel. Mereka terbelah. Sebuah kesalahan fatal bagi pasukan gabungan, yang akhirnya berhasil dimanfaatkan secara maksimal oleh armada Belanda.

Memang dalam perang itu tidak ada kapal besar dari armada Inggris atau Perancis yang berhasil ditenggelam oleh armada Belanda, karena mereka sudah kabur duluan. Tapi korban jiwa tercatat 3000 orang tewas, dan 2/3 nya adalah orang Inggris dan Perancis. Sebuah kemenangan yang sangat menakjubkan. (Lihat disini)

Tanpa keraguan lagi, seluruh armada pasukan Belanda meneriakan pujian kepada Laksamana Michiel de Ruyter, yang menggema sampai ke bibir pantai. Tak pelak lagi kemenangan spektakuler ini, membuat kubu Republik ingin menarik Michiel untuk menentang kerajaan. Michiel –yang dari dulu tidak ingin berpolitik- menolak dengan tegas tawaran itu karena bisa mengakibatkan perang saudara.

Tapi berbeda dengan pandangan kubu Oranye, mereka semakin kuatir melihat kehebatan Michiel Dukungan rakyat terhadap Michiel dianggap sebagai ancaman bagi kerajaan. Bahkan, kehebatan taktiknya tidak dihargai, Pangeran William III, menganggap bahwa Cornelis Tromp lah orang yang paling berjasa dalam perang itu dan paling pantas menerima tanda jasa.

Laksamana Michiel ngambek, lalu mengajukan permohonan perngunduran diri. Pangeran William III tidak terima pengunduran dirinya, lalu keduanya terlibat pertengkaran hebat.

Pangeran William III (PW) : “Pensiun? Kembali ke Zeeland? Apa yang akan Belanda melakukan tanpa anda?

Michiel (M) : “Negara ini punya pemimpin besar. Negara ini punya seorang pemimpin besar”.

(PW) : “Bagaimana aku bisa menjadi pemimpin besar untuk semua orang Belanda... Jika tidak semua mereka mencintaiku? Aku tidak menyukainya! (Sambil menunjuk ke arah gambar leluhurnya Willem van Oranje https://nl.wikipedia.org/wiki/Willem_van_Oranje)

(M) : (Tersinggung) “Yang Mulia meremehkan dirinya.

(PW) : “Apa kau serius?

(M) : “Raja dapat menyatukan negara. Merangkul semua pihak.

(PW) : “Kau ingin aku melepaskan pemberontak”

(M) : “Sebuah sikap yang bijaksana.

(PW) : Pernahkah kau mendengar yang mereka katakan tentang aku? Begitulah cara mereka berterima kasih padaku, setelah semua yang ku lakukan untuk rakyatku. Tentunya kau mengakuinya. Haruskah aku hanya menonton republik merusak negara kita? Aku tak bisa hanya berpangku tangan.

(M) : “Seperti pada Johan dan Cornelis de Witt?

(PW) : “Apa?

(M) : “Apakah bahwa pembantaian juga untuk kebaikan negeri ini?

(PW) : “Aku tidak melakukan apa-apa...,”

(M) : “Tidak ada hubungannya dengan pembantaian itu?

(PW) : “Kita tidak bisa mengontrol massa. Tidak ada yang tahu caranya.

(M) : “Orang-orang anda menghasut bangsa ini melawan De Witts selama berbulan-bulan!!! (sambil berteriak dan menunjuk wajah Pangeran William III dengan telunjuknya). Pamflet, agitator, ruang politik kotor!!!

(PW) : “Beraninya kau!!!

(M) : “ Anda harus hidup dengan hati nurani anda (Sambil ngeloyor pergi)

(PW) : “Beraninya kau? Apa kau masih berpihak kepada de Witt, hah? Aku mulai meragukan jika anda akan mematuhiku saat dibutuhkan!

(M) : “Aku selalu melayani negaraku”.

(PW) : “Kalau saja negara itu stabil sepertimu”

(M) : “Yang Mulia bisa meyakini dedikasiku.

(PW) : “Tapi apakah aku bisa yakin?? (Sebuah ancaman serius dari Pangeran!!!)

Pangeran William III dibisiki supaya menerima pengunduran diri Michiel, tapi dengan syarat harus menunaikan satu misi rahasia ke Laut Mediterania melawan armada Perancis!

*****

Anna, sadar misi itu hanyalah akal akalan pangeran saja, untuk menyingkirkan suaminya. Sebenarnya Michiel juga tahu tapi dihadapan istrinya, Michiel tetap keukeuh mengatakan bahwa ini untuk membuktikan kesetiaannya kepada kerajaan dan tidak ingin dicurigai lagi.

Michiel tahu, bahwa sebuah misi rahasia pasti tidak akan membawa banyak armada dan itu sama saja dengan misi bunuh diri!!!

Tapi apa boleh buat, “pangeran sudah mengancam”. Michiel ingin melindungi keluarganya. Dia rela berkorban supaya keluarganya tidak ikut terbunuh. (sungguh mengharukan, hikz hikz hikz...)

Akhir film sudah bisa diduga, tanpa membawa kapal induk dan hanya membawa sedikit armada, pasukan Belanda dengan mudah ditaklukan armada Perancis. Disaat yang bersamaan Pangeran William III sedang menjalin hubungan dengan kerajaan Inggris (Hmmm...)

Hanya Laksamana Michiel Adriaenszoon de Ruyter yang gugur dalam pertempuran Slag bij Agosta. Semua anak buahnya selamat. Setelah tahu Laksamana Michiel gugur, komandan armada perang Perancis, Laksamana Abraham Duquesne, segera menghentikan tembakan.

Bahkan Laksamana Abraham Duquesne, membuat tembakan salvo untuk menghormati Laksamana Michiel de Ruyter. (Sebuah momen yang sangat mengharukan...)

 

 

Tanpa terkecuali, seluruh penduduk, entah dari kelompok Oranye maupun Republik untuk pertama kali bisa bergabung!!! Mereka bersama sama menyambut jenazah Laksamana Michiel de Ruyter, untuk memberi penghormatan terakhir. Sebuah pemandangan yang langka, sehingga membuat Pangeran William III of England merasa sangat takjub...

***

Dengan banyaknya aktor kawakan Belanda, seperti Charles Dance (yang bermain dalam film Dracula Untold sebagai Master Vampire), Rutger Hauer (yang bermain dalam film Batman Begins sebagai Earle), membuat nama pemeran utamanya Frank Lammers sepertinya jadi tenggelam.

Ingat!!! Film ini berkategori dewasa, jadi sebaiknya tidak ditonton oleh anak dibawah umur atau remaja, karena ada beberapa adegan yang mengerikan, ketika Perdana Menteri Johan de Witt dan adiknya Corelis de Witt, dibantai oleh pendukung Pangeran Oranye.

Selebihnya, film ini sarat dengan pelajaran, terutama pelajaran politik dan pelajaran buat para istri yang mempunyai suami seorang pejuang.

Film ini juga bisa mengaduk perasaan kita karena penuh dengan beragam macam perasaaan, ada rasa haru, senang, ngeri dan sedih, jadi sangat pantas jika IMDb memberi rating 7,3 dari 2545 users.

Catatan :

***William III akhirnya menikahi Mary Stuart. Pada tahun 1688, dia menyerang Inggris dan menjadi Raja Inggris, Irlandia dan Skotlandia. William III dan Mary tidak dikaruniai anak. Bentinck (sang pembisik) tetap mendampingi sampai akhir hayatnya...

***Sejarah ditulis oleh pemenang. Jadi, seperti kebanyakan film sejarah pasti banyak pro dan kontra, jangan heran jika dalam film ini pasti banyak perbedaan dengan sejarah yang sudah ditulis.. Makanya film ini, banyak diprotes oleh beberapa kelompok di Belanda.

***Data sebagian diambil dari wikipedia (silahkan lihat kehebatan Michiel de Ruyter dan Gambar sini dan dari www.Jakbos.com)

 

Salam Damai...

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun