Mohon tunggu...
Mika EfrianiSimarmata
Mika EfrianiSimarmata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahawasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iman dan Politik

10 Juni 2021   10:19 Diperbarui: 11 Juni 2021   01:20 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17) Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja. (Amsal 22:11)”

Dalam melakukan sebuah kebijakan, komunikasi adalah hal yang penting supaya kesalahan bisa diminimalisir. Seorang pemimpin akan tahu masalah yang dialami oleh anggotanya bila melakukan komunikasi yang intensif dengan anggotanya. Pemimpin juga merasa terbantu juga apabila anggota rajin memberikan saran yang baik dan efektif kepada pemimpinnya. Tanpa itu semua, hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Masalah justru semakin rumit apabila tidak ada komunikasi yang terjadi di dalam sebuah komunitas atau organisasi.

4. Melayanilah dengan Ikhlas

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,  dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:25-28)

Seorang pemimpin harus melayani anggotanya dengan baik. Meskipun begitu, bukan berarti hubungan Iman Kristen dan politik sebagai anggota harus duduk manis saja di bangku untuk dapat pelayanan dari pemimpin. Anggota sebuah komunitas atau organisasi tentu harus ikut membantu pemimpin dalam melakukan kebijakan. Contohnya adalah seorang pemimpin menginisiasi pembersihan sungai yang menjadi problem dalam masyarakat karena sungai tersebut menjadi sumber penyakit dan banjir. Masyarakat harus ikut antusias dengan gerakan yang diselenggarakan sang pemimpin dengan ikut membantu dalam membersihkan sungai baik dalam bentuk fisik dan materi. Toh, apa yang dikerjakan tersebut juga akan menguntungkan semua masyarakat sehingga terbebas banjir dan penyakit.

5. Jangan Bawa Nama TUHAN demi Kepentingan Pribadi


“Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.” (Keluaran 20:7)

Banyak pihak yang menggunakan agama dan nama Tuhan demi kepentingan pribadinya saja. Kemunculan gereja-gereja dan aliran-aliran baru tidak jarang berujung kepada pengultusan. Pengultusan juga tidak jarang akan jatuh menjadi penyembahan berhala dalam iman Kristen. Contohnya adalah Lia Eden dan Joseph Smith dengan Kristen Mormon sesatnya. Hal ini dimanfaatkan hubungan Iman Kristen dan politik untuk memperkaya diri sendiri. Brand-brand pakaian juga sering menggunakan nama Tuhan dan agama. Tidak hanya itu saja, banyak pemimpin yang menggunakan agama dan nama Tuhan demi mendapatkan kekuasaan semata. Setelah kekuasaan didapatkan, mereka melupakan Tuhan. Hal ini sering terjadi dari tingkat negara sampai yang paling kecil, yaitu keluarga.

Mungkin, begitu sulit kita menerima fakta bahwa apa yang kita lakukan itu semuanya adalah politik. Politik itu adalah kebijakan. Apa yang kita lakukan akan mempengaruhi masa depan. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam melakukan kebijakan karena apa yang kamu lakukan itu bisa saja merugikan orang lain dalam hukum tabur tuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun