Mohon tunggu...
Miftahus Sholichah
Miftahus Sholichah Mohon Tunggu... Pendidik dan traveler - Ig: Miftahus Sholichah

Konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jadi Guru tapi Bukan dari Lulusan Pendidikan, Gimana sih?

26 Juni 2025   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2025   20:43 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo gais.. kembali lagi di blog aku... Maap yaa lusa kemarin aku udah janji buat nulis kelanjutannya besoknya. Eh ternyata kemarin tiba-tiba banget ada kerjaan. Jadi mau nulis malah gak sempet. Sorry banget deh (emang harusnya gak usah janji-janji an dulu deh hehe).

Oke, kalau gitu buat membayar janjiku kemarin aku akan post dua artikel sekaligus hari ini yaa. Tentunya dengan topik mengenai perjalanan ku after lulus kuliah yang gak sesuai ekspektasi. Kalian juga bisa loh komentar di bawah kalau merasa related dengan kehidupan kalian. Atau hanya sekedar memberikan tanggapan juga boleh banget. Oh ya jangan lupa follow dan share tulisan aku ya, terimakasih selamat membaca.

Jadi guru tapi bukan dari lulusan pendidikan, emang gimana sih?

Sebenarnya gak papa banget sih, kalau dari masalah administrasi sekolah ya gak papa tergantung sekolahnya mau menerima apa enggak, hanya aja gak bisa dapat insentif atau tunjangan lain lainnya. Dengan kata lain stuck aja mengandalkan gaji bulanan dari sekolah yang tidak seberapa itu (tapi di syukuri aja wkwkw).


Tapi di sini aku akan membahas lebih jauh mengenai perasaan yang aku rasakan waktu jadi guru honorer. 

Jujurly, aku gak ada rasa ikhlas atau bersyukur sedikitpun. Aku terlalu fokus pada kegagalanku dan tidak menikmati proses belajar mengajar yang menyenangkan. Aku terlalu fokus mencari kesempurnaan sampai lupa bahwa ada anak-anak yang tiap hari menyambut ku dengan tawa riang yang ikhlas. Berharap aku akan selalu datang setiap hari menyapa mereka membawa pengetahuan baru dari luar yang akan aku bagi ke mereka.

Tapi tetap saja, meski aku tertawa di depan mereka hati aku merasa kosong. Mereka tidak tahu di balik semangat mereka di balik motivasi-motivasi yang aku sampaikan tiap pagi kepada murid-muridku aku juga menyimpan banyak luka kegagalan yang tidak bisa ku sembuhkan hanya dengan motivasi atau afirmasi setiap hari.

Yah, hari demi hari berubah menjadi bulan yang telah aku jalani di sana, membuat aku sedikit demi sedikit harus menerima takdir (mungkin ini udah jalan dari Allah).

Aku mulai mendengarkan berbagai motivasi tentang bagaimana harus ikhlas dan berlapang dada, aku juga selalu mengucapkan kata kata afirmasi setiap pagi kepada diriku sendiri. Iya, karena aku mulai capek dengan diriku yang harus mengejar kesempurnaan fokus pada angan bukan pada apa yang ada di depan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun