Kalian tahu, kenapa aku mulai sadar dan ikhlas dengan apa yang aku jaani? Karena mereka murid-murid aku. (Di artiket selanjutnya aku akan membahas mengenai madrasah tempat aku mengajar).
Mereka terlalu spesial di mataku, mereka indah mereka menyimpan banyak harapan kepadaku. Aku melihat binar semangat di mata kecil mereka setiap aku menyampaikan pelajaran. Kelasku berjalan lebih seru, karena mereka yang antusias tapi kata mereka itu karena 'bu gurunya cantik dan juga menyenangkan, jadi aku suka di ajar sama bu guru icha", ucap mereka kompak.
Ada satu hal lagi yang aku membuat aku tersadar dan bangun dari mimpi-mimpi tidak pasti masa depan, yaitu saat aku memberikan materi tentang 'cita-cita'. Aku bertanya pada mereka, apa cita-cita yang akan digapai saat dewasa nanti. Ada yang bilang menjadi tentara, polisi, dan dokter. Ku beri applause untuk cita cita hebat mereka.
Dan secara random, mereka bertanya padaku "apa cita-cita bu guru icha? Apa dulu ingin jadi guru?". Dan aku jawab, iya. Lalu dengan bangganya mereka pada ku dan berkata " wah.. hebat banget bu guru icha, cita-cita bu guru icha sudah tercapai".
Aku tidak bohong saat aku menjawab 'iya'. Dulu aku sangat ingin menjadi guru, bakatku mengajar. Aku menjadi pintar berkat guru-guru hebat ku, dan aku terinspirasi dengan beliau semua.
Tapi, seiring dewasa cita-cita itu berubah. Aku memiliki banyak hobi, tidak hanya sekedar membaca buku atau mengerjakan soal-soal. aku mulai mengenal dunia seni yang lebih indah dan menarik. Aku masuk dan ingin belajar lebih dalam. Semasa SMA aku mengikuti kelas multimedia. Dari situlah aku berubah haluan. Aku suka bidang desain jadi aku belajar desain. Aku juga suka bidang fotografi dan edit video aku belajar itu semua.
Hingga, masa kuliah menjadi masa penentu karir ku ke depan. Orang tua menyuruhku mengambil jurusan pendidikan karena mereka tahu aku suka di bidang tersebut. Tapi mereka tidak tahu aku mempunyai hobi baru yaitu di bidak broadcast. Akhirnya dengan pertimbangan yang matang dariku dengan diriku yang berjanji akan sukses di dunia ini mencoba meyakinkan orang tua ku. Akhirnya mereka setuju dengan keputusanku 'demi kebahagiaanku'. (Inilah alasanku mengapa aku obses banget buat sukses sesuai jurusan).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI