Mohon tunggu...
MIFTAHUL HADI
MIFTAHUL HADI Mohon Tunggu... Guru - MIFTAHUL HADI

Bekerja, berkarya, berdedikasi, menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Raji Demak

12 Desember 2020   18:54 Diperbarui: 12 Desember 2020   18:57 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam perkembangannya, pendidikan merupakan aspek penting dalam mewujudkan suatu cita-cita di masa depan. Pendidikan dapat dijadikan tolok ukur  pada  suatu  bangsa sebagai  acuan  dalam  penentuan  layak  atau tidaknya suatu bangsa dalam menentukan peradaban. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Perkembangan zaman dan situasi yang berubah-ubah, menuntut seorang guru untuk lebih terampil dalam mencari solusi untuk memecahkan suatu permasalahan sekaligus memadukan unsur tekhnologi dalam pembelajaran. Saat ini pembelajaran berbasis dalam jaringan (daring) menjadi tantangan tersendiri bagi guru di era tekhnologi 4.0. Pembelajaran yang monoton cenderung membuat siswa jenuh dan kurang dalam berkreasi. Hal ini tentu berpengaruh terhadap semangat belajar siswa yang menurun dan berdampak pada hasil belajar siswa.

Pada masa pandemi covid-19, anak-anak diwajibkan untuk belajar di rumah dengan tetap mendapatkan bimbingan dan pengawasan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran secara daring. Namun karena mereka masih baru dalam pembelajaran daring dan semakin jenuh dengan pemberian materi dan pembelajaran monoton yang hanya melalui whatsapp group, hal itu berdampak pada hasil belajar mereka dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil belajar mereka yang masih   di   bawah   KKM   yaitu   70.   Dari   20   siswa,   4   anak (20 %) mendapatkan  nilai  75,  10  anak  (50 %)  mendapatkan  nilai  50,  dan 6 anak (30 %) mendapatkan nilai 25. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan inovasi dan kreativitas guru dalam menemukan solusi untuk dapat memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, peneliti ingin memperbaiki cara belajar siswa supaya dapat memperoleh hasil yang lebih baik, dengan harapan siswa mampu membagi waktu belajar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada siswa kelas 5 SD Negeri Raji Demak ada beberapa penyebab kurangnya nilai hasil belajar siswa muatan pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu :

  • Minat belajar peserta didik pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia rendah.
  • Hasil belajar peserta didik pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia rendah, dibuktikan hanya sekitar 4 anak (20 %) yang mendapatkan nilai di atas KKM.
  • Guru masih belum variatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
  • Guru belum menerapkan model pembelajaran yang cocok.

Beberapa masalah yang telah diuraikan di atas, perlu ditindaklanjuti dengan mencari solusi pemecahannya. Berdasarkan hasil selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti membatasi pada pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas 5 SD Negeri Raji, Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Hasil belajar siswa rendah karena siswa belum menguasai sepenuhnya materi pembelajaran yang disampaikan guru. Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti dapat merumuskan Rumusan Masalah sebagai berikut : Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Raji Demak pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning?

Tujuan umum dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri Raji Kecamatan Demak Kabupaten Demak sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun tujuan khusus dari Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran daring dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD Negeri Raji Kecamatan Demak Kabupaten Demak.

Manfaat Penelitian

Bagi Siswa

  • Siswa  mendapatkan  pengalaman  berbeda  dengan  pembelajaran  daring  model Problem Based Learning
  • Siswa  lebih  memahami  materi  tematik yang disajikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Bagi Guru

  • Melalui PTK ini guru dapat menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah mengenai model pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan pemahaman siswa.
  • Mendorong  guru  untuk  menciptakan  proses  pembelajaran  yang  dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa
  • Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memanfaatkan segala sumber daya kreatifitas anak yang ada di lingkungan siswa dalam proses pembelajaran sehingga keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan serta tercapainya tujuan pembelajaran
  • Dapat menambah pengetahuan tentang model dan media pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Bagi Sekolah

  • Sekolah mampu mengevaluasi model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa
  • Dapat  digunakan  sebagai  alternatif  menentukan  strategi  dalam  memberikan pembelajaran melalui model Problem Based Learning
  • Sebagai literasi bahan bacaan di perpustakaan sekolah

Menurut  (Kemdikbud,   2015:1  dalam   buku  penelitian  tindakan  kelas,  2015:6), Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki  mutu  praktik pembelajaran  di  kelasnya.  Pemberian tindakan  yang dilakukan oleh guru menyangkut penyajian strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh   hasil   melalui   sebuah   tindakan   dan   dilakukan   secara berulang-ulang sampai memperoleh informasi yang matang tentang pelaksanaan model yang digunakan. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Menurut  Suprijono  (2013:7)  hasil  belajar  adalah  perubahan  perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut  Juliah  dalam  Jihad  dan  Haris  (2013:15)  Hasil  belajar  adalah "segala  sesuatu  yang  menjadi  milik  siswa  sebagai  akibat  dari  kegiatan belajar yang dilakukannya." Menurut Winkel dalam Purwanto (2011:45) hasil  belajar  adalah  "perubahan  yang  mengakibatkan  manusia  berubah dalam  sikap dan  tingkah  lakunya."  Menurut  Soedijarto  dalam  Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah "tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan."

Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip penggunaan masalah sebagai titik awal akuisis dan integrasi pengetahuan baru (Cahyo, 2013:283). Belajar berbasis masalah adalah suatu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma kontruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar (Siregar, 2014:119).

Menurut Abbas (2004 :833) pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi lima tahapan, yaitu :

  • Orientasi siswa terhadap masalah autentik. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
  • Mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
  • Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
  • Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.
  • Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Vidhayanti Nasution (2012) yang berjudul "Penerapan Model PBL untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SD Mutiara Harapan Lawang". Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar pada siklus I ke Siklus II. Hasil nilai aktivitas belajar siswa yang berada pada kategori kurang dan cukup, pada siklus II hampir semua siswa berada pada kategori sangat baik dan baik. Selain meningkatkan aktivitas belajar juga meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari ratarata hasil belajar siswa sebelumnya yaitu 59 pada siklus I menjadi 83 pada siklus II.

Penelitian ini bermula dari temuan penulis akan menurunnya hasil belajar siswa selama masa pandemi Covid-19, semangat belajar yang mulai menurun, keaktifan siswa juga berkurang, pengumpulan tugas yang tidak sesuai dengan jadwal bahkan terkadang hanya beberapa anak saja yang mengumpulkan tugas dengan alasan tidak punya HP, Kuota ataupun Sinyal yang susah. Hasil belajar siswa kelas 5 pada pelajaran  bahasa Indonesia SD Negeri Raji Demak sangat rendah, dimana dari 20 siswa hanya 4 orang yang mendapatkan nilai di atas KKM sekolah yaitu > 70. Sementara 16 diantaranya masih berada di bawah KKM dengan nilai rata-rata yang di peroleh pada Pra Siklus pembelajaran hanya sebesar 47,5. Oleh karena itu perlu kiranya untuk dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis menggunakan data dari Pra Siklus dan dilanjutkan dengan 3 Siklus berikutnya. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis di bantu oleh teman sejawat.

Pada siklus I, diperoleh data aktifitas belajar siswa yaitu 80% dengan kategori aktif. Aktifitas mengajar guru yaitu 90 dengan kriteria sangat baik. Hasil belajar siswa  memperoleh nilai rata-rata 61,25 dengan nilai terendah sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 75. Dari 20 siswa pada Siklus 1 yang memperoleh nilai di atas KKM sekolah   70 hanya 9 siswa atau sebesar 45 %, dan sisanya sebanyak 11 orang siswa atau 55 % siswa masih berada di bawah KKM. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang dilakukan oleh penulis dan teman sejawat salah satu faktornya adalah faktor teknis yaitu jaringan internet yang kurang stabil, sehingga anak tidak bisa mengikuti dengan baik dari awal hingga akhir, jaringan juga sedikit mengganggu konsentrasi guru dalam memberikan materi sehingga kegiatan KBM belum berjalan secara maksimal. Hal ini bisa di jadikan pedoman untuk melakukan perbaikan pada Siklus II.

Pada siklus II, diperoleh data aktifitas belajar siswa yaitu 85% dengan kategori sangat aktif. Aktifitas mengajar guru yaitu 97,5 dengan kriteria sangat baik. Hasil belajar siswa Siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,25 dengan nilai terendah sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 100. Dari 20 siswa pada Siklus II yang memperoleh nilai di atas KKM sekolah   70 sebanyak 16 siswa atau sebesar 80 %, dan sisanya sebanyak 4 orang siswa atau 20 % siswa masih berada di bawah KKM. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus II dapat di katakan belum berhasil. Namun demikian berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang dilakukan oleh penulis dan observer selama melakukan penelitian secara daring jika dalam siklus I terkendala sinyal, selama siklus II anak anak terkendala dengan kuota sehingga masih ada anak yang belum bisa mengikuti secara maksimal. Berdasarkan penemuan tersebut, kiranya tidak adil bagi siswa yang tidak bisa mengikuti KBM dengan baik oleh karena itu, perlu diadakan siklus III.

Pada siklus III, diperoleh data aktifitas belajar siswa yaitu 95% dengan kategori sangat aktif. Aktifitas mengajar guru yaitu 97,5 dengan kriteria sangat baik. Hasil belajar siswa Siklus III memperoleh nilai rata-rata 85 dengan nilai terendah sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 100. Dari 20 siswa pada Siklus III yang memperoleh nilai di atas KKM sekolah   70 sebanyak 18 siswa atau sebesar 90 %, dan sisanya sebanyak 2 orang siswa atau 10 % siswa masih berada di bawah KKM. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus III hasil belajar siswa lebih baik jika di bandingkan dengan pembelajaran siklus I dan II. Kesimpulannya PTK dapat dilakukan baik secara daring dengan model pembelajaran Problem Based Learning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun