Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo berpotensi mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Munculnya dua nama tersebut kemungkinan sengaja dimunculkan sebagai langkah politik Gerindra untuk melihat reaksi publik. Selain itu, kemungkinan untuk membaca pergerakan lawan politik.
Pengamat politik Adi Prayitno menilai, di luar dari kontroversi rumor tersebut, Anies maupun Gatot cukup berpeluang menjadi cawapres Prabowo, meski sangat kecil.
Gatot dan Anies sama-sama populer, terutama saat Pilkada DKI Jakarta digelar pada 2017 lalu. Misalnya Gatot, disebut-sebut dekat dengan umat Islam dan juga dekat dengan pendukung Aksi 212.
Meski demikian, secara pribadi Adi Prayitno menilai, ada beberapa kelemahan jika Prabowo menggandeng Gatot.
Menurutnya, Momentum Gatot sudah lewat. Pendukung aksi 212 juga kini telah menjadi sejumlah varian dan tak bisa diklaim milik satu komponen partisan tertentu.
Kelemahan lain, popularitas Gatot juga cenderung menurun selama tak lagi menjabat Panglima TNI. "Pemberitaan seputar kegiatan Gatot berkurang drastis," katanya seperti dilansir dari jpnn.com, Sabtu (9/6).
Selain itu, rasanya tidak mungkin Gerindra yang sejak awal bulat mengusung Prabowo, tiba-tiba memberi peluang kepada orang di luar partai itu.
Selain bukan orang yang ikut jatuh bangun membangun dan membesarkan Gerindra, tidak ada korelasi positif antara pencalonan Gatot Nurmantyo dengan perolehan suara Gerindra jika dicalonkan.
Jadi apa keuntungan buat Gerindra jika mencalonkan Gatot?.