Ada sekolah bersekongkol dengan pengawas ujian. Salam amplop jadi pilihan agar pengawas tidak terlalu ketat mengawasi, sehingga siswa bisa membuka buku, menyontek, dan saling bertukar jawaban.
Ada oknum guru yang mengerjakan lembar ujian nasional lalu jawaban disebarkan ke siswa dengan beragam cara.
Ada sekolah atau siswa yang licik membeli kunci jawaban yang disediakan oknum penyelenggara tak bermoral.
Jika beruntung, siswa berhasil lulus berkat bocoran jawaban. Jika apes, siswa tidak lulus karena bocoran jawaban palsu. Kerugian yang beruntun, tidak lulus padahal sudah mengeluarkan uang ratusan hingga jutaan demi bocoran jawaban.
Sistem pendidikan di Indonesia seolah jadi percobaan dengan bongkar-pasang kebijakan.Â
Salah satu tujuan UN sebagai upaya pemetaan mutu program pendidikan dan meningkatkan kualitas sekolah dinilai gagal sehingga layak dihapus.
Oknum sekolah dan guru yang licik seolah mengajarkan kepada siswa bertindak jujur. Seolah cara-cara kotor dimaklumi demi mengejar kelulusan.
Jika hal ini terjadi, generasi muda justru tercipta dengan karakter tak menghargai kejujuran. Percuma saja sekolah selama bertahun-tahun mengajari etika, sopan santun, dan pelajaran agama jika siswa diarahkan bertindak sebaliknya.
UN dihapus oleh Mendikbud adalah harapan! (Miv)