Mohon tunggu...
Michelle Aurelia
Michelle Aurelia Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurnalistik

Halo! Saya Michelle, seorang mahasiswa Jurnalistik. Saya memiliki antusiasme dalam menulis dan topik terkait seni, budaya, dan sosial!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Marak Alternatif Sustainable Fashion Kalangan Gen-Z: Meredam Tren Fast Fashion?

11 Juni 2025   19:39 Diperbarui: 11 Juni 2025   19:39 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rak produk pakaian salah satu toko fast fashion (Sumber: Dokumentasi pribadi penulis)


Thrifting sebagai alternatif belanja pakaian mendapatkan respon cukup baik, terutama dari kalangan muda. Berbagai konten di media sosial giat mempromosikan thrifting. Platform thrifting pun meluas hingga platform daring. Banyak orang mulai menjual pakaian bekasnya sendiri yang disebut sebagai preloved. Upaya ini menjadi eksekusi yang tepat untuk mengurangi limbah tekstil dengan cara reuse (menggunakan ulang). Cenderung, pakaian bekas yang dijual melalui proses kurasi yang lebih teliti. Dengan demikian, pembeli lebih mempercayai kebersihan dan autentisitas produk. 

"Aku personally lebih suka preloved, karena istilahnya aku kan tangan keduanya, jadi lebih tahu sumbernya dipakai sama siapa", jelas Angie, model dan produsen aksesoris up-cycle plastik. 

Kemendag menangani barang bekas impor ilegal yang sampai di Indonesia (Sumber: Merdeka.com)
Kemendag menangani barang bekas impor ilegal yang sampai di Indonesia (Sumber: Merdeka.com)

Namun demikian, thrifting masih memiliki kontra. Nyatanya, sebagian besar pakaian bekas yang dijual di pasar merupakan pakaian bekas impor. Peraturan Menteri Perdagangan No.40 tahun 2022 melarang dilakukannya impor barang bekas. Namun demikian, justru minat masyarakat Indonesia masih cukup tinggi dalam I pakaian bekas impor. Sementara, belum ada sanksi tegas bagi keseluruhan pelaku bisnis yang menjual pakaian bekas impor. Oleh karena itu, penjualan pakaian bekas impor masih berlangsung hingga saat ini. Sayangnya, hal ini menjadikan thrifting sebagai celah penumpukan limbah pakaian.

"It (thrifting) could be a solution, tapi harus bijak aja, sih. Bagaimana kamu merawat pakaian itu sendiri, karena kalo semakin banyak baju yang dipunyai juga pada akhirnya akan jadi waste" jelas Angie.

Angie mengusulkan bahwa permasalahan thrifting kembali ke bagaimana tiap-tiap orang merawat baju masing-masing. Oleh karena itu, piramida 'buyerarchy of needs' oleh Sarah Lazarovic kembali menjadi konsep yang penting untuk diingat. Meskipun thrifting menjadi sebuah alternatif yang ramah lingkungan, pembeli harus tetap menerapkan smart buying sesuai prinsip utama sustainable fashion. Poin ini mengacu pada membeli sesuai kebutuhan dan bersikap mindful terhadap sumber pakaian yang dibeli dan perawatannya. Sejatinya, pakaian dapat dipakai bertahun-tahun jika dirawat dan dilakukan repurpose (dibetulkan agar dapat digunakan kembali). Sementara itu, thrifting sendiri kembali ke masing-masing pribadi yang harus pandai memilih pakaian yang akan bertahan.

Variasi barang bekas yang dijual di pasar Tanah Abang (Sumber: Dokumentasi pribadi penulis)
Variasi barang bekas yang dijual di pasar Tanah Abang (Sumber: Dokumentasi pribadi penulis)

"Kalau dari bahan kan kalau thrifting juga dilihat-lihat dulu yang bagus dan yang nggak. Kalau bahannya ada bercak, koyak, lobang, gak akan aku beli juga, sih. Sebelum aku pakai juga selalu aku cuci dulu, jadi aman-aman aja, sih", saran Vivian membagikan pengalamannya merawat pakaian thrifting-nya.

"Kalau kita pintar nyarinya bakal dapat baju yang berkualitas. Balik lagi kita harus pintar nyarinya, kadang ada yang bernoda, dll.", ucap Alika, model dan produsen aksesoris up-cycle plastik.

Dengan demikian, thrifting tetap disimpulkan sebagai alternatif pembelian baju yang lebih ramah lingkungan. Hal ini karena thrifting memanfaatkan kembali pakaian bekas yang tidak terpakai untuk dipakai kembali di tangan yang baru. Upaya ini mencegah menumpuknya limbah tekstil yang masih bisa digunakan kembali. Adapun, thrift barang impor juga cukup marak terjadi. Oleh karena itu, upaya mengurangi limbah kembali pada kesadaran masing-masing, untuk memanfaatkan kembali barang bekas lokal sehingga tidak menambah limbah yang ada. Sejumlah contoh nyata thrift yang sesuai dengan prinsip sustainable fashion adalah brand preloved koleksi pribadi. Brand ini dapat ditemui di berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan berbagai platform belanja daring.

Daur Ulang Item Fashion: Pakaian hingga Aksesoris, Saluran Kreativitas Tanpa Batas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun