Mohon tunggu...
Michael Nugraha Budiarto
Michael Nugraha Budiarto Mohon Tunggu... Konsultan - Managing Director of ASEAN Youth Organization | Founder eDUHkasi | Passionate Leader

Tertarik untuk berdiskusi, memperbincangkan topik yang pernah atau sedang menjadi polemik. Memiliki blog pribadi di www.huangsperspective.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Negara Tanpa Rasa Penghargaan?

13 Juni 2022   18:51 Diperbarui: 13 Juni 2022   18:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya membukakan pintu untuk teman-teman non-Indonesia saya, reaksi mereka pasti tersenyum dan berterima kasih, memberikan beberapa komentar sederhana untuk juga menghargai hal sederhana yang saya lakukan.

Bagaimana dengan orang Indonesia?

Sayang sekali hal yang sama tidak dilakukan oleh sebagian dari teman saya dari Indonesia; yang ada hanyalah cemooh dan tertawaan dengan komentar: Hahaha! Penjaga pintu, ya?" Saya hanya bisa diam dan bingung. Pertama: Apa yang lucu atau yang bisa dicemooh dari membukakan pintu untuk orang lain?" Kedua: Sesepele atau sememandang rendah itukah orang-orang ini terhadap penjaga pintu/satpam sehingga menurut mereka pekerjaan itu bisa diasosiasikan dengan cemoohan?"

Buka Pintu Tutup Pintu

Kejadian yang cukup membekas itu kemudian semakin mengingatkan saya untuk berkata terima kasih setiap dibantu dalam bentuk apapun itu. Ketika ada di pusat perbelanjaan dan ada satpam yang membantu membukakan pintu, ketika dibukakan pintu taksi, dibawakan minuman atau makanan ketika diberikan oleh pramusaji, dan masih banyak lagi.

Uniknya (atau mungkin memang sudah seharusnya, ya?) orang-orang yang diberikan apresiasi dengan saya mengucapkan terima kasih ini (biasanya) awalnya terlihat sedang sangat suntuk dan lelah, setelah saya mengucapkan terima kasih, ada sedikit perasaan senang terpancar dari mata mereka, mengingatkan kembali bahwa apa yang mereka lakukan, sesederhana atau sesepele apapun itu, berarti buat kita yang menerima bantuan.

***

Sekitar beberapa minggu yang lalu, 4 tahun setelah kejadian di atas, saya tiba-tiba teringat lagi pada kejadian di Jerman itu saat sedang pergi belanja dengan Papa. Kami masuk ke sebuah toko swalayan terkenal di Indonesia. Kami masuk duluan dan Papa mendorong pintu masuk kedua yang sama sekali tidak berbentuk seperti pintu. Hanya palang yang menandakan kita sudah masuk ke dalam daerah belanja (yang entah kenapa tidak otomatis? Atau pertanyaan yang lebih baik: kenapa harus ada pintu lagi? yang terletak beberapa meter setelah pintu utama (yang otomatis).

Papa sadar bahwa ada orang tepat di belakangnya dan kemudian menahan pintu supaya dia tidak perlu mendorong plangnya lagi. Lagi-lagi: aksi sederhana. Namun, kejadian yang sama terjadi pada Papa seperti kejadian yang terjadi padaku di Jerman, atau mungkin lebih buruk? Orang itu mlengos bahkan berperilaku seperti pintu itu terbuka sendiri. Taka da tatapan, tak ada terima kasih, tak ada apapun, ibarat pintu otomatis yang terbuka karena listrik; padahal digerakkan oleh Papa, terbuka menggunakan tenaga manusia. Sayangnya Papa sama sekali tidak dimanusiakan dan tidak dianggap eksistensinya dalam kejadian tersebut.

Bukan baper bukan sakit hati atau bahkan dendam. Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk saling menghargai, sesederhana apapun itu. Apresiasi kita terhadap manusia lain juga menunjukkan seberapa terdidik kita. Hal yang besar dimulai dari langkah yang kecil pula. Penghargaan kita menunjukkan seberapa besar kita menganggap lawan interaksi kita sebagai seseorang yang sederajat. Dari situ, mungkin kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih nyaman untuk kita semua.

Footnote

  • Inferiority Complex
  • D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun