Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerapuhan yang Menghidupkan

12 Maret 2022   17:29 Diperbarui: 7 Agustus 2023   08:03 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara sadar, kita bisa menyepakati ragam petuah dan inspirasi yang menyatakan bahwa hidup itu resiprokal alias selalu disertai hukum sebab akibat. Orang saleh yang gemar beramal dengan hartanya, biasanya akan berada pada kondisi melimpah dan terus bertambah makmur. Pun orang yang semakin hari bergelut dengan pengetahuan dan wawasan, semakin dicari oleh banyak orang dan komunitas untuk berbagi ilmu di berbagai majelis. Sebaliknya, siapapun di antara kita yang terlalu menyibukkan diri dengan berbagai keluhan, maka begitu dekat kekurangan dan kesulitan itu bersama kita. Karena fakta yang mengemuka biasanya berbanding lurus dengan prasangka.

Bagai selembar kapas. Kurang lebih itulah metafora atas resah diri. Resah akibat kerapuhan yang ada. Rapuh mengingati kesalahan demi kesalahan yang sengaja dan tanpa sengaja dalam membina anak-anak. Rapuh mengingati ketaksengajaan yang dilakukan secara berulang dan membuat mereka terperdaya. Rapuh mengingati harapan kita atas masa depan mereka yang tak pernah sinkron dengan upaya kita dalam mengkondisikannya.

Menjadikan anak yang cinta Al-Qur'an sejatinya harus berada di tangan orang tua yang istiqomah membersamai dan mengamalkan Al-Qur'an. Berharap anak menjadi pribadi yang bertahan dalam hadapi setiap beban, tentu tak mungkin jika dibidani oleh orang tua yang berpribadi penakut dan seringkali gentar hadapi kenyataan. Mengarahkan anak untuk senantiasa berpegang pada Allah sebagai Tuhan yang satu, jelas tak bisa mengemuka jika berada dalam binaan orang tua yang mengalami krisis keyakinan akan Maha Besarnya Allah.

Duhai Allah. Jangan biarkan kami menjadi manusia skeptis jika tak ingin anak-anak kami apatis. Jangan biarkan kami menjadi orang tua yang beribadah alakadarnya, jika kami bermimpi besar untuk miliki generasi penyelamat menuju surga-Nya. Jangan biarkan.

Anakku sayang. Surgaku, matahariku.

Maafkan Ibu dan Bapakmu bila terlalu bermodalkan sederhana. Maafkan bila banyak amalan yang seharusnya terjaga namun terlupa. Maafkan bila salat malam begitu banyak terlalaikan. Maafkan bila hafalan Qur'an yang seharusnya membumi setiap hari, meluruh dan menghambur tanpa menjadi satu kemampuan utuh. Maafkan bila masih banyak amarah yang kau lihat, meski bukan dirimu yang menjadi arah amarah ibu bapakmu.

Anakku sayang. Penyemangat karya.

Maafkan bila Ibu dan Bapakmu tak bisa satu paket hadiahkan bekal dan penyikapan. Kemampuan memiliki penyikapan terbaik, tentu akan sangat ditopang oleh bekal terbaik. Bekal suplemen ruhiyah, bekal kearifan mengelola sikap, bekal memberi teladan terbaik, bekal ilmu pengasuhan yang mumpuni. Dan kami masih belum punya semuanya secara bulat. Namun kami berharap, semoga kalian menjadi manusia-manusia cerdas dalam mencerna kealfaan kami. Semoga Allah menjagamu untuk tetap dalam kebaikan, meski sekian kali kau perhatikan rapuh dan lemahnya Ibu Bapakmu. Meski sekian kali kau saksikan kami tergopoh-gopoh menunaikan kewajiban.

Cukuplah satu potret berlalu dan tak perlu terulang, di mana seorang bapak dengan tingkat cemas yang sangat paranoid, tega menghabisi nyawa anak-anaknya hanya kerena alasan takut akan masa depan mereka. Himpitan utang seolah menjadi tembok besar yang menghalangi jalan hidup. Bahkan untuk sekadar bangkit dan membuka diri. Semua menjadi pupus hanya karena satu perasaan bahwa hidup ini terlalu sulit.

Maka bekal keyakinan adalah modal yang tak terbantahkan. Karena dengannya, mental dan keberterimaan kita dapat teruji. Dan dengan keyakinan itu pula, kita bisa secara normal memberikan sikap-sikap wajar pada anak-anak kita. Sehingga mereka tak akan menemukan jejak kerapuhan kita, baik melalui keluhan, keputusasaan, maupun melalui perbuatan verbal.

Selamat hari istimewa untuk seluruh anakku, baik anak biologis, anak psikologis, maupun anak idoelogis. Berlarilah dengan segudang kecakapan. Bertumbuhlah dengan bongkahan kepahaman. Berdirilah dengan sekian kearifan. Dunia menanti baktimu, duhai jalan surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun