Saya membuka aplikasi pemesanan tiket. Mencari-cari tiket pesawat ke Jakarta malam ini juga. Aha! Dapat. Bahkan dengan harga yang jauh lebih murah dan waktu berangkat lebih cepat. Maskapai S* A*.
Klik.
Kupesan tiket itu. Hanya butuh waktu beberapa menit untuk mendapatkan tiket elektroniknya. Saya langsung check-in. Sambil berjalan ke ruang tunggu, berkali-kali saya merutuki diri, mengapa saya teledor sekali?
* * *
Sambil berjalan, kuperhatikan tiket yang kupegang. Pesawat akan lepas landas pukul 17:35. Kulihat jam di ponsel. Sudah pukul 18:10 dan kami baru saja disilakan boarding menuju pesawat. Delay, biasa. Hari masih cukup terang pada jam itu. Beberapa penumpang menyempatkan berfoto di tangga pesawat.
Saya menapaki satu demi satu anak tangga pesawat. Awak kabin menyambut persis pada pintu masuk pesawat. Saya mencium bau yang aneh. Bau yang tidak biasanya.
Ah, mungkin aroma bekal makanan seorang penumpang.Â
Saya menuju kursi yang tertera di tiket saya: 23D. Di samping saya, seorang anak muda telah menempati kursinya, dekat pada jendela. Saya menyimpan tas pada kabin lalu duduk senyaman mungkin untuk perjalanan sekitar dua setengah jam lamanya.
Saat pesawat lepas landas, saya biasanya hanya membaca doa yang tertera pada buklet yang terdapat di kantong kursi penumpang. Tapi saat ini, entah mengapa saya membaca surah-surah dalam Qur'an ini: An-nas, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas.Â
Saat membaca surah-surah ini saya harus mengulangnya berkali-kali karena setiap saya tiba pada akhir bacaan Al-Falaq, saya selalu lupa apakah tadi saya memulai dari An-nas sehingga harus lanjut Al-Ikhlas atau saya memulai dari Al-Ikhlas sehingga harus lanjut ke surah An-nas? Saya lupa berkali-kali. Entah kenapa.
Pesawat pun lepas landas dengan lancar. Lampu tanda sabuk pengaman telah dipadamkan. Pesawat terbang stabil. Beberapa penumpang bergantian masuk ke toilet. Suara-suara batuk dari kerongkongan yang kering terdengar berulang kali. Tangis anak kecil, balita, tak henti-henti, mungkin bosan dengan situasi dalam pesawat. Ibunya, bergantian dengan ayahnya, berusaha membujuknya dan menenangkannya. Tapi tangis anak itu tak kunjung reda.