Mohon tunggu...
Rahmah Chemist
Rahmah Chemist Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger - Product Photographer

Simple, challenge, suka nulis and fun. Temui saya di dunia maya... Blog: http://chemistrahmah.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ternyata Tanda-tanda Ini yang Bikin Kamu Harus Puasa Medsos, Gaess!

30 Maret 2024   16:05 Diperbarui: 30 Maret 2024   16:12 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duh, kalau ingat bagaimana Pandemi benar-benar mengganggu kesehatan mental karena jari tak hentinya doomscrolling informasi seputar COVID-19, rasanya tak ingin punya ponsel saat itu. 

Rasa ingin tahu yang sangat besar tentang perkembangan korban dan berita soal penyakit tersebut murni membuat saya dan pasangan ikut jatuh sakit. Padahal kami tak pernah bertemu bahkan berinteraksi dengan siapa saja yang menderita. 

Bahkan adik bungsu menikah dengan berat hati saya tidak ke kampung halaman. Belum lagi di sana banyak keluarga lansia. Saya takut justru kami yang bawa virus dan mati karena kami. Duh, sungguh sangat tidak bisa kami bayangkan. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Itu keputusan kami. 

Namun, dampak media sosial ternyata mempengaruhi mental kami. Setiap membuka ponsel, hanya lagu, sirine bahkan headline kematian yang muncul. Rasanya ingin menangis tapi tak bisa. Bahkan saat itu juga, anak kedua saya yang masih berusia 3 bulan nyaris bisu juga. Mungkin karena saking takutnya kami dengan berita, sampai-sampai lupa bahwa ada anak yang butuh diajak ngobrol, ditemani berinteraksi dan lainnya. Huhu, kalau ingat itu semua, saya hanya ingin berdoa semoga TIDAK TERULANG LAGI. CUKUP!

Puasa Buka Instagram dan Media Sosial 

Dari kejadian itu pun kami memutusukan uninstall media sosial untuk sesaat. Bahkan status WhatsApp pun kami tidak buka. Kami menerima telepon video call hanya dari keluarga inti. Kalau dari teman, sebatas chat WA saja. Apakah kami mendingan setelah itu? Ya, setidaknya rasa takut mereda sedikit demi sedikit. 

Meski suara sirine yang terdengar lalu-lalang depan rumah masih sedikit membuat khawatir, setidaknya kami lebih tenang. Saya pun memfokuskan diri untuk menerima job foto produk teman-teman UMKM yang butuh foto untuk jualan. Bahkan menyibukkan diri menulis artikel pesanan brand tertentu. 


"Kan, nulis artikel harus di-posting di media sosial?"

Iya, tetapi saat itu tidak semua klien minta demikian untungnya. Kalau pun mau share lowongan jasa foto produk, saya pakai WhatsApp lebih aman karena saat pandemi juga banyak yang membeli produk via media WA saat itu. 

Belajar dari Pengalaman, Pelajari Tanda-Tanda Berikut sebagai Waktu yang Pas Puasa Media Sosial 

Fitrah-nya kita sebagai manusia selalu ingin tahu sesegera mungkin informasi penting, bukan? Bahkan kadang selalu ingin jadi yang terdepan dalam mengetahui dan menyebarkan informasi. Apakah itu sehat? Tidak juga, gaess. 

Kita tidak harus selalu menjadi yang pertama kok sebagai penebar informasi penting. Lagipula kalau pun sudah diketahui banyak orang atau viral kalau kita yang menjadi informan pertama, toh juga tidak dikasih bantuan dana atau semacamnya, bukan? 

Jadi, penting memang untuk memilah mana yang urgent dan tidak. Apalagi kalau sudah mengganggu kesehatan jiwa raga. Berikut tanda-tanda kalau kita harus puasa media sosial:

Kehidupan Nyata Menjadi Tak Terurus 

Tidak dipugkiri bahwa keterkenalan kita di media sosial memiliki value tersendiri bagi setiap orang. Namun, kalau sudah mengganggu kehidupan nyata, seperti pekerjaan terbengkalai, hubungan dengan pasangan jadi berjarak bahkan anak-anak merasa haus perhatian, STOP dulu media sosialnya. 

Di media sosial pun tidak semua orang membagikan "hal nyata" lho. Banyak yang ditutupi apalagi kalau sudah urusan private, masa iya mau diumbar-umbar. Kecuali kalau memang tujuannya demikian, itu lain perkara lagi sih. 

Tidak Bisa Produktif Seperti Sebelumnya 

Kalau sebelum bermedia sosial kita mampu produktif dengan apa yang menjadi profesi dan passion kita, jangan sampai bermedia sosial justru menjadi penghalangnya. STOP! Produktivitas kita lebih penting karena menyangkut hajat hidup anggota keluarga dan pastinya diri sendiri juga. 

Kalau fokus mengurusi media sosial tetapi tidak menghasilkan apa-apa? Rugi dong! 

"Tapi 'kan aku kerjanya posting-posting media sosial untuk cuan."

Nah, kalau media sosial dipakai untuk ladang cuan, silakan saja asalkan itu tadi, tidak menghentikan produktivitas kita ya, gaess!

Saat Emosi Negatis Mendominasi atau Sedang Ada Masalah 

Siapa sih yang tak punya masalah di dunia ini? Enggak ada dong. 

Namun, semarah-marahnya kita tolong jangan menggerakkan jari sehingga menjadi status. Jika harapannya status tersebut mengundang simpati, TOLONG dipilih-pilih yang memang wajar jika dibagikan. 

Kalau kita membuat status makian, bahkan hujatan kepada sesuatu/seseorang bahkan setingkat lembaga tertentu, coba dipikirkan:

  • Dampak pada diri sendiri ke depannya
  • Dampak pada keluarga 
  • Dampak pada lingkup lebih besar seperti tempat kerja, lingkungan rumah atau lainnya

Rekam jejak digital itu kejam, gaess! 

Jangan sampai status keluhan, makian atau yang bernada negatif lainnya justru akan menjadi boomerang di masa mendatang. Tak hanya untuk diri sendiri tetapi juga keluarga dan kerabat dekat. 

Jika Muncul Rasa Membandingkan Kehidupan Diri dengan Kehidupan Orang Lain

"Enak banget hidupnya, ya. Punya anak dan suami yang support sama keinginannya untuk bekerja lagi. Sementara aku... "

"Kok hidupku gini banget ya? Aku sudah rajin salat dan sedekah kok enggak dikasih kemudahan seperti dia yang tiap hari cuma menyebar berita HOAX?" 

Dan masih banyak lagi guman lainnya yang muncul di benak dan disimpan hati kita bahkan terekam di otak. Jika sudah begitu, SEGERA TUTUP MEDIA SOSIAL dan coba tenangkan diri dan bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini. 

Coba lihat ke bawah, gaess. Masih banyak orang di luar sana yang jauh lebih tidak beruntung daripada kita. Bahkan banyak yang ingin menjadi seperti kita. Aman, bisa makan dan minum, kumpul sama keluarga dan masih banyak lagi nikmat yang terlalu panjang jika dituliskan. 

Jangan sampai nikmat yang ada sekarang diambil kembali sama Allah. Bisa apa kita? 

Yuk, selalu bersyukur dan mengembalikan semua padaNya bahwa takdir kita hari ini dan masa depan itulah yang terbaik. Masa iya sih Allah ingkar janji kalau DIA tidak akan bebankan pada hambaNya apa-apa yang tidak sanggup dipikul? Enggak, gaess. 

Percaya bahwa apa yang kita lihat di media sosial belum tentu 100% kebenarannya. Jika pun benar, maka jadikanlah motivasi untuk lebih giat bekerja. Masih tetap tidak bisa menyamai? Lha, hidup itu bukan persaingan dengan orang lain, gaess. Apalagi skala media sosial. 

Kita berkompetisi dengan diri kita yang jauh lebih baik dari kemarin, itu JEMPOLAN.

*** 

Well, puasa media sosial tidak akan menurunkan value kita sebagai manusia kok. Justru karena kita punya value maka harus dijaga agar tidak menjadi budak media sosial yang dampaknya merugikan, harus sebaliknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun