Mohon tunggu...
Marcell Gunas
Marcell Gunas Mohon Tunggu... Buruh - Tinggal di Yogyakarta

Bukan penulis, tapi suka nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Gotong Royong Sosial dari Warga Sawahan, Pundong

15 Oktober 2021   21:49 Diperbarui: 16 Oktober 2021   04:00 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa pemuda Desa Sawahan sedang berbelanja sembako di Pasar Giwangan. Sembako akan dibagikan kepada warga Sawahan yang sedang menjalani isolasi mandiri. Dok. Marcell Gunas

Sungguh, kami merasa dikuatkan.

Pemenuhan kebutuhan harian itu berlangsung hingga kami keluar dari tempat isolasi (setelah dinyatakan telah negatif dan dibolehkan pulang oleh pihak Shelter.

Gotong Royong Sosial: Peluru Hadapi Pandemi

Apa yang terjadi di Dusun Sawahan dapat lah dilihat sebagai wujud dari apa yang kerap disebut "gotong royong sosial". Istilah gotong royong sosial hendak menggambarkan suatu proses kultural dalam sebuah masyarakat yang mengedepankan kebersamaan, solidaritas, persaudaraan sejati dan keharmonisan dalam bermasyarakat. 

Gotong royong sosial menggambarkan originalitas dari sebuah kehidupan masyarakat. Jika ditelisik dari sudut pandang istilah, masyarakat yang dalam Bahasa Inggris disebut Society, juga berasal dari bahasa Latin Socius, yang secara sederhana dapat dipahami sebagai kawan. Bermasyarakat ya berkawan. Dengan siapa saja, tanpa memandang latar belakang dan kedudukan sosial pribadi per pribadi.

Istilah gotong royong sebagai sebuah kerja sosial juga bisa dilihat dari terjemahan lurus Bahasa Jawa; gotong artinya mengangkat, dan royong bersama-sama.

Gotong royong itu kerja kemanusiaan. Kerja sukarela dan kedermawanan sosial, tanpa pamrih. Bagian dari pengabdian manusia untuk kemanusiaan universal. Puncak dari kemanusiaan adalah "kasih".

Seperti yang didefinisikan antropolog Koentjaningrat; 

"Gotong royong merupakan sebuah kerjasama, dimana seseorang dikatakan beriman jika ia telah mencintai saudaranya sama seperti ia mencintai dirinya sendiri."

Pandemi ini, salah satunya, mengandung pesan agar gotong royong sosial diperkuat. Lagipula, bukankah memang gotong royong merupakan salah satu filofofi bangsa Indonesia? Abhiram Singh Yadav, dalam artikelnya di Kompas.com menyentil, dalam konteks pandemi, filasafat ini menjadi relavan saat aktor negara, aktor non-negara dan masyarakat dituntut untuk bekerjasama menjaga lingkungan sekitar serta saling melindungi terhadap penyebaran virus Covid-19.

Tumbuhnya semangat gotong royong sosial selama pandemi juga ampuh untuk membunuh pengucilan sosial terhadap mereka yang terpapar. Kita tahu, di beberapa tempat, pengucilan itu terjadi.

Kita tentu masih ingat, ketika seorang pasien reaktif Covid-19 asal Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, berinisial WA (29) pada Selasa, 7 Juli 2020 malam terpaksa dibawa ke Posko Tim Gugus Pencegahan dan Penanggulangan (TGPP) Covid-19 Kabupaten Aceh Barat berlokasi di Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh karena warga di desa tempat tinggalnya menolak ia dirawat di dekat desa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun