Mohon tunggu...
Muhammad FajriMalagapi
Muhammad FajriMalagapi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adventure

Memiliki background sebagai penggiat Alam Bebas, bergabung dengan organisasi Korps Pencinta Alam (KORPALA) di Universitas Hasanuddin sejak tahun 2011 – 2020 (Alumni). Bergelar Sarjana Muda dan Master, keduanya diperoleh di Universitas Hasanuddin; Study S1 di bidang Ekonomi sedangkan study S2 dibidang Kelautan, bergelut sebagai surveyor di bidang ekonomi sejak S1 dan S2 sebagai konsultan dibidang ekowisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transformasi Dagang di Jazirah Onim

3 September 2021   12:33 Diperbarui: 3 September 2021   12:44 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Teluk Berau di Kabupaten Fakfak secara harfiah merupakan penyematan kepada saudara-saudara yang berasal dari seberang Sorong Selatan (Pauspaus, 2021); yang pernah masuk melakukan kontak baik dibidang perdagangan ataupun kepentingan territorial kekuasaan politik di masa lalu. 

Berdasarkan catatan sejarah Teluk Berau dahulu menjadi pintu utama masuknya jalur perdagangan, dijuluki sebagai beranda depan Papua; yang membangun interaksi ragam budaya dengan dunia luar sejak abad ke-13, bahkan lebih awal. Tercatat dalam kitab Negarakertagama bahwa Wawanin (sebutan jawa kuno)atau onim di wilayah Fakfak pada masa lampau merupakan pusat perdagangan di Papua dan memiliki hubungan sejarah migrasi antara penduduk dari Fakfak hingga Namatota, Seget, pulau-pulau di Raja Ampat, Halmahera Selatan, Seram, dan pulau-pulau lease.

 Dalam catatan lainnya, selain raja ampat; Onim di abad ke-14 sudah menjadi Pelabuhan niaga pesisir (entrepot) paling penting di Papua kala itu (Mahmud, 2014), banyak kapal dagang yang singgah di Onim (Fakfak) kemudian berlayar ke pulau-pulau Sulu, Magindanau, Zamboanga, dan Luzon. Sebelum Indonesia terbentuk, jejaring niaga kala itu telah dibangun untuk menghubungkan beberapa ekozone sebagai kekuatan maritim, jauh sebelum masa klasik. 

Letaknya yang strategis secara geo-ekonomi memberikan perhatian khusus (daya tarik) dunia barat untuk melakukan ekspansi sumber daya alam dan membentuk jaringan pelayaran lokal melalui bandar Ternate, Tidore, Bacan dan Kepulauan Banda juga Gorom, Kei-Aru, Tanimbar dan Hitu sebagai entrepot lalu dilanjutkan ke Gresik dan Jepara.

Tidak dipungkiri, perdagangan dimasa lampau hingga saat ini merupakan bagian dari kegiatan ekonomi suatu masyarakat. Namun dari masa ke masa perdagangan mengalami transformasi dari sistem sederhana (barter) menjadi sistem yang lebih kompleks dan beragam untuk menarik investasi. Intinya, Jazirah Onim meliputi Teluk Berau Fakfak dahulu telah menjadi kawasan esensial (penyangga) bagi perdagangan lintas dunia dengan beragam komoditas dan eksistensi bagi empat pilar Kerajaan Islam di Moloku Kie Raha, yaitu Tidore, Ternate, Bacan dan Jailolo.

Transformasi dipengaruhi oleh suatu keadaan, jika suatu hal atau keadaan yang berubah itu adalah budaya, maka budaya itulah yang mengalami perubahan. Perubahan dari budaya dagang bersifat ekstraktif menjadi budaya dagang non ekstraktif dengan pendekatan pariwisata. 

Transformasi perdagangan melalui aktifitas ekowisata mampu memberikan efek domino (multiplier effect) secara keseluruhan, sampai saat ini banyak kapal wisata (leave on board) yang melintas dan melepas sauh di Jazirah Onim (perairan teluk berau)  berharap dapat membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat (livelihood) di Teluk Berau.  

Dilansir dari kumparan.com, setiap tahun di bulan Juli mereka orang-orang asing dengan kapal-kapal pesiarnya dari bali selalu berkunjung untuk berwisata di Arguni, kemudian menuju Raja Ampat (Suroto, 2020).  Daya tarik Onim di masa lalu oleh asing ternyata hingga kini masih tersisa.

Namun dengan transformasi yang berbeda yaitu kunjungan untuk berwisata selam, pengamatan burung, juga pengamatan gambar-gambar cadas di dinding tebing yang diamati orang-orang eropa sejak tahun 60an silam. 

Untuk menciptakan daya tarik wisata yang ideal diperlukan upaya penataan dan pengembangan kawasan secara optimal sesuai daya dukung dan daya tampung kunjungan wisatawan. 

Tinggal bagaimana masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak berkolaborasi untuk mengelola peluang ini, dengan menginfentarisasi sumber daya alam sebagai daya tarik wisata alam, sekaligus memantapkan infrastruktur dan sumber daya manusia pendukungnya untuk menunjang pengembangan wisata di Kawasan Teluk Berau Kabupaten Fakfak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun