Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sensasi Literasi Digital di Era Transformasi

14 Maret 2024   07:33 Diperbarui: 14 Maret 2024   07:42 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

SENSASI LITERASI DIGITAL DI ERA TRANSFORMASI

*Oleh : Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Literasi digital menjadi sesuatu yang sensasional saat ini karena berbagai alasan yang berkaitan dengan perubahan drastis dalam lingkungan informasi, teknologi, dan tuntutan dalam masyarakat.  Dalam era transformasi yang kita alami saat ini, perubahan mendalam terjadi di berbagai aspek kehidupan, terutama sebagai respons terhadap pesatnya perkembangan teknologi, globalisasi, dan dinamika sosial. Transformasi ini tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia, tetapi juga membentuk ulang paradigma literasi.

Era transformasi ini menandai keterlibatan aktif dengan informasi, baik yang bersifat digital maupun analog, serta menuntut kemampuan kritis untuk memilah, memahami, dan merespons berbagai jenis konten. Dampaknya sangat mencolok dalam pembentukan cara kita memproses informasi, berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang era transformasi menjadi esensial dalam memahami bagaimana literasi harus berkembang untuk mengakomodasi dinamika baru yang terjadi di sekitar kita.

Di era transformasi yang berkembang pesat saat ini, terutama dalam konteks revolusi digital, literasi menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Transformasi ini melibatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, mengubah cara kita mengakses, memproses, dan berbagi informasi. Dampaknya terhadap literasi sangatlah luas. Di satu sisi, kemajuan teknologi menyediakan akses tak terbatas ke berbagai sumber informasi, memperluas cakupan dan ragam topik yang dapat dipelajari. Namun, di sisi lain, hadirnya berita palsu (hoaks) dan informasi yang tidak valid meningkatkan risiko iliterasi media, di mana individu mungkin kesulitan memilah informasi yang akurat.

Transformasi ini juga membawa perubahan dalam budaya baca tulis, dengan pergeseran dari media cetak ke media digital sebagai sumber utama informasi dan hiburan. Oleh karena itu, dalam era transformasi ini, penting untuk memahami bagaimana perubahan teknologi dan budaya memengaruhi literasi, serta bagaimana kita dapat mengembangkan keterampilan literasi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat yang semakin terhubung ini. Dalam konteks tulisan ini, untuk menyelidiki bagaimana era transformasi saat ini memengaruhi dan membentuk paradigma literasi, serta untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengembangkan keterampilan literasi di tengah perubahan yang terus berlangsung.

Perkembangan Literasi Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak di dunia yang mencapai 279.000.000 juta jiwa, hal ini membuat Indonesia berada pada negara dengan populasi manusia terbanyak di dunia pada posisi ke-4. Tetapi, bukan berarti dengan populasi yang banyak, maka sumber daya manusia juga baik. Hingga saat ini kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih tergolong rendah. Data BPS menunjukan bahwa Indonesia masih didominasi oleh tamatan SD ke bawah (tidak/belum pernah sekolah/belum tamat SD/ tamat SD), yaitu sebesar 39,1% pada bulan Februari 2022. Hal ini sangat berhubungan dengan minat baca masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah.

Faktor internal yang turut memengaruhi kualitas literasi Indonesia, diantaranya adalah malas, kemauan dalam diri sendiri yang enggan untuk membaca, masyarakat Indonesia yang masih mempertahankan budaya instan tanpa proses, dan kurangnya motivasi dari lingkungan sekitarnya. Jika seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menjadi pembaca yang baik, tetapi ia memilih sifat malasnya dan enggan untuk membaca, maka hasilnya sama saja. Inilah yang membuat masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Selain itu, faktor eksternal yang memengaruhi minat baca yang rendah dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah, karena masih banyak anak-anak di Indonesia ataupun orang tua yang masih belum bisa membaca dengan baik.

Pada tahun 2024, perkembangan literasi di Indonesia dapat diukur melalui hasil evaluasi yang dilakukan oleh lembaga Program for International Student Assessment (PISA). Sebagai salah satu lembaga evaluasi pendidikan global yang diakui secara internasional, PISA memberikan gambaran yang komprehensif tentang kemampuan literasi siswa dalam memahami dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dalam konteks Indonesia, hasil dari PISA dapat memberikan gambaran yang jelas tentang tren perkembangan literasi di antara siswa sekolah menengah, serta membandingkan kinerja literasi siswa Indonesia dengan negara-negara lain di dunia.

Kemendikbudristek telah membeberkan terkait hasil studi PISA Indonesia di tahun 2022, ternyata mengalami kenaikan peringkat yang cukup signifikan, yaitu 5-6 peringkat dari tahun 2018. Melalui hasil evaluasi PISA, kita dapat melihat apakah upaya-upaya reformasi pendidikan yang dilakukan di Indonesia telah berhasil meningkatkan keterampilan literasi siswa. Hal ini mencakup aspek-aspek seperti kemampuan membaca, kemampuan matematika, dan kemampuan sains, yang semuanya merupakan indikator penting dari kualitas pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun