Saya berpikir, saya yang bodoh atau saya yang tidak tahu. Saya gila atau saya yang berbeda. Fenomena-fenomena penuh kebodohan versi saya untuk negeri ini.Â
Negeri kita luar biasa, iya. Subur, iya. Ramah tamah, iya. Tapi negeri kita akan maju dan berubah, rasanya kecil banget. Bisa dibilang, mimpi di siang bolong, alias yang ngomong bodoh, atau saya yang bodoh.Â
74 tahun Indonesia merdeka, sudah dua generasi mewarnai politik Indonesia. Ada yang mendapatkannya dengan berjuang dan berarah-darah, ada yang mendapatkannya karena warisan politik. Sempitnya dunia politik, jika dibandingkan dengan luasnya negeri dan jumlah penduduk Indonesia, bukanlah bandingannya.Â
Dunia politik sangat keras. Dunia preman, kamu mampu keras berantem dan menang, kamu berkuasa. Dunia usaha, kamu punya koneksi dan uang sebagai modal, ditambah dengan kemampuan berusaha, kamu bisa masuk di dalamnya. Politik? Nanti dulu. Kamu punya uang, tidak punya jaringan dan lobi, maka kamu siap diporoti dan di PHP.Â
Kamu punya lobi, tanpa punya uang? Kamu siap disingkirkan, karena sedikit modal untuk eksis. Kamu punya uang dan lobi, tanpa katabelece? Hohoho, sedikit sekali keajaiban di politik.Â
Kehidupan politik, sebagai garis depan dalam Kepemimpinan proses kehidupan berbangsa dan bernegara, adalah sebuah kartel dan mafia yang tidak pernah ada akhirnya. Lahir dari generasi penerus sebelumnya, maka terciptalah wakil-wakil rakyat baru dalam garis keturunan.
 Lahir politikus baru, harus dilihat apa yang melatarbelakanginya, uang atau keturunan, atau benar-benar berjuang penuh dengan keajaiban. Tidak ada yang bisa mendobrak posisi ini, karena memang demikian diciptakan dunia politik penuh dengan labirin-labirin, supaya tidak semua orang bisa masuk, layaknya dunia akademis.Â
Tanpa disadari, mereka yang sesungguhnya dianggap menjadi pemimpin partai, atau pemimpin negeri telah terpenjara, dan dijauhkan dari dunia nyata. Terlalu banyak sekat yang menutupi dan membuat jarak antara pemimpin dan yang dipimpinnya.Â
Terlalu banyak penjilat kekuasaan, dan pemanfaat kedudukannya untuk menjadi orang yang dianggap berpengaruh. Jabatan dan kekuasaan adalah dewa dalam kehidupan politik saat ini. Dan dari posisi dan kedudukan yang demikian kuat ini, lahirlah generasi-generasi baru yang jauh dari kualitas, lebih karena uang dan nepotisme.Â
Citra adalah harga mati, dan citra atau program hanyalah sebagian kecil dari alat untuk mencapai kekuasaan. Jika rakyat berpikir program kerja politik adalah bagian dari politik untuk pengabdian dirinya bagi negeri, hahahhaaha, kasihan deh lu. Kalian telah tersesat.Â
Program adalah cara mereka untuk menunjukkan eksistensi diri sendiri, alat untuk mencari popularitas dan sebuah tangga pijakan untuk meningkatkan citra diri, citra partai dan mencari dukungan dan legitimasi rakyat. Siapa yang bodoh dan siapa yang dibodohi.Â