Satu langkah brilian yang patut didukung adalah movement sound of Borobudur yang digawangi oleh beberapa seniman baik musik, tari maupun budaya.
Banyak harapan yang bisa dititip melalui eksplorasi mendalam terhadap keberadaan alat musik yang tergambar dalam relief di Candi Borobudur. Sangat dimungkinkan bahwa instrumen musik yang tergambar tersebut meliputi berbagai dimensi seperti dimensi karsa, dimensi rasa dan dimensi spiritual yang penuh dengan daya magis dan sakral.
Lukisan di relief-relief Candi Borobudur merupakan literatur gambar yang panjang dan dalam yang harus digali untuk menemukan simpul-simpul keterkaitan budaya antar wilayah dan bangsa.
Demikian pula masih banyak khasanah musik etnik yang bisa dieksplorasi untuk melengkapi kekayaan budaya kita tak terkecuali dalam hal bermusik. Sebagai contoh misalnya adakah keterkaitan antara Borobudur dengan budaya musik pukul gong pada suku Tolaki di Sulawesi Tenggara, dimana penggunaan alat musik gong oleh orang Tolaki mempunyai beberapa irama yang disesuaikan dengan peruntukan penggunaannya. Ada irama pukulan dukacita yang mengabarkan telah mangkatnya seorang bangsawan, ada irama pukulan prosesi adat dan juga irama pukulan gong pengiring pesta atau tarian.
Harapan terbesar bahwa sound of Borobudur ini tidak berhenti pada eksplorasi terhadap konsep seni musik semata, tapi lebih jauh lagi menggali keterkaitan alat musik dengan konsep-konsep spiritual, religi bahkan mungkin magis.
Dengan keaneka ragaman khasanah yang bisa dieksplorasi dari membunyikan kembali bunyi- bunyian yang terpahat di dinding-dinding Candi Borobudur, bukan tidak mungkin akan menjadikan Borobudur pusat musik dunia, khususnya musik etnik.