Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Borobudur Bisa Menjadi Pusat Musik Etnik Dunia

11 Mei 2021   19:55 Diperbarui: 11 Mei 2021   20:00 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: japungnusantara.org

Candi Borobudur merupakan warisan leluhur yang keberadaannya laksana tambang kebudayaan yang siap dieksplorasi guna menemukan fakta-fakta historis yang meliputi begitu banyak dimensi baik itu dimensi religius,  dimensi seni budaya bahkan hubungan antar wilayah dalam konteks global.

Berbagai kisah dengan nilai pengetahuan dan pesan moral dari keberadaan Candi Borobudur telah diwariskan oleh nenek moyang kita namun sepertinya belum sepenuhnya dieksplorasi secara mendalam.

Meski dengan segala kemegahannya, ternyata Candi Borobudur tidak masuk ke dalam Tujuh Keajaiban Dunia, tetapi ini berdasarkan penilaian subyektif dari sebuah yayasan yang berbasis di Swiss. Yayasan tersebut bernama New Open World Corporation (NOWC) yang memulai survei pada 2000. Di mana NOWC saat itu tidak memasukkan Candi Borobudur dalam Antipater Sidon.

Namun demikian lembaga dunia resmi UNESCO tetap menempatkan Candi Borobudur sebagai bagian dari World Heritage List yang dikeluarkan oleh UNESCO. Dan sampai saat ini nama Candi Borobudur masih berada pada daftar UNESCO.

Dan memang kita dan dunia harus mengakui bahwa Borobudur adalah wonderful Indonesia yang merupakan salah satu dari keajaiban dunia.

Candi Borobudur merupakan salah satu monumen Budha terbesar di dunia. Dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra.

Candi Borobudur sebagai bagian dari Wonderful Indonesia, memiliki 1.460 panel relief cerita dan 1.212 panel relief dekoratif. Dan ada 504 stupa dengan bentuk bangunan punden berundak-undak yang terdiri dari 10 tingkat. Puncak Candi Borobudur berbentuk genta atau lonceng, yang merupakan pusat serta pucak struktural maupun spiritual.

Teras-teras Candi Borobudur paling bawah dihiasi dengan ukiran-ukiran relief dari alam kepercayaan Budhisme Mahayana. Bagian bawah candi melukiskan kisah kelahiran Sang Budha.

Pada lorong-lorong candi berikutnya terdapat relief yang berisi cerita-cerita mengenai bimbingan spiritual. Setiap dinding di tingkatan Candi Bodobudur menyimpan cerita-cerita spiritual yang menggambarkan dunia.

Diantara relief-relief yang ada di Candi Borobudur, terdapat banyak relief yang menggambarkan berbagai ragam alat musik.
Dari hasil eksplorasi untuk menemukan berbagai alat musik yang tepahat di relief-relief Karmawibhangga, Jataka, Lalitavistara, Avadana, dan Gandavyuha di candi Borobudur, menghasilkan temuan lebih dari 200 relief yang terdapat di 40 panel yang menampilkan lebih dari 40 jenis instrumen alat musik, seperti alat musik musik kordofon (petik), aerofon (tiup), idiofon (pukul), dan membranofon (membran). Sebagian alat-alat musik tersebut masih dapat kita jumpai hari ini dan dimainkan di seluruh pelosok 34 provinsi di Indonesia, serta menyebar ke 40 negara di seluruh dunia.

Dan saat ini, Sound of Borobudur sebuah gerakan untuk membunyikan kembali instrumen musik yang terpahat pada relief-relief Candi Borobudur telah berhasil melakukan rekonstruksi alat musik sebanyak 18 instrumen dawai dari kayu, 5 instrumen berbahan gerabah, dan satu buah instrumen idiophone yang terbuat dari besi.

Satu langkah brilian yang patut didukung adalah movement sound of Borobudur yang digawangi oleh beberapa seniman baik musik, tari maupun budaya.

Banyak harapan yang bisa dititip melalui eksplorasi mendalam terhadap keberadaan alat musik yang tergambar dalam relief di Candi Borobudur. Sangat dimungkinkan bahwa instrumen musik yang tergambar tersebut meliputi berbagai dimensi seperti dimensi karsa, dimensi rasa dan dimensi spiritual yang penuh dengan daya magis dan sakral.

Lukisan di relief-relief Candi Borobudur merupakan literatur gambar yang panjang dan dalam yang harus digali untuk menemukan simpul-simpul keterkaitan budaya antar wilayah dan bangsa.

Demikian pula masih banyak khasanah musik etnik yang bisa dieksplorasi untuk melengkapi kekayaan budaya kita tak terkecuali dalam hal bermusik. Sebagai contoh misalnya adakah keterkaitan antara Borobudur dengan budaya musik pukul gong pada suku Tolaki di Sulawesi Tenggara, dimana penggunaan alat musik gong oleh orang Tolaki mempunyai beberapa irama yang disesuaikan dengan peruntukan penggunaannya. Ada irama pukulan dukacita yang mengabarkan telah mangkatnya seorang bangsawan, ada irama pukulan prosesi adat dan juga irama pukulan gong pengiring pesta atau tarian.

Harapan terbesar bahwa sound of Borobudur ini tidak berhenti pada eksplorasi terhadap konsep seni musik semata, tapi lebih jauh lagi menggali keterkaitan alat musik dengan konsep-konsep spiritual, religi bahkan mungkin magis.

Dengan keaneka ragaman khasanah yang bisa dieksplorasi dari membunyikan kembali bunyi- bunyian yang terpahat di dinding-dinding Candi Borobudur, bukan tidak mungkin akan menjadikan Borobudur pusat musik dunia, khususnya musik etnik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun