Sanggupkah orang-orang dusun itu menolak segepok uang berwarna merah
yang menyuguhkan sesuatu yang dulu samar kini jadi nyata
gubuk-gubuk reyot yang dulu oleng didera badai
hutan-hutan keramat yang enggan dipijak
kini digusur villa-villa mewah
istana pualam di sisi hutan-hutan yang menjadi latar bagi impian dan harapan anak cucu.
semua kini nyata di genggaman tangan
hanya melepaskan tanah moyang
yang dulu hanya demi sesuap nasi
dan selembar seragam sekolah
betapa kerasnya harus mengucurkan keringat Â
sekarang tak ada lagi pacul dan parang yang harus diayun
kaki tak harus lagi berselimut lumpur
peluh yang menetespun tak berbau masam dan berasa asin lagi
kemuliaan itu ternyata datang dari orang-orang kota
bukan dari tanah moyang yang dulu diagungkan.
sampai saatnya pun tiba
bencana mulai akrab menyapa silih berganti
tanah moyang yang dulu ramah kini telah kehilangan tuahnya
tuan-tuan yang dulu datang sebagai dewa
kini menampakkan wajah aslinya
tanah moyangmu memang keras agar kau kuat ketika kau jatuh ia merangkulmu
tuan kapitalis itu memang lembut agar kau terlena
ketika kau jatuh ia memakanmu....
tuan kapitalis hanya menengok mu sejenak, tersenyum dan berkata "biarkan ia bekerja dan biarkan ia berlalu."