Mohon tunggu...
Messa Haris
Messa Haris Mohon Tunggu... Jurnalis - Saat ini saya bekerja sebagai wartawan batampos.co.id

Memulai dari nol, karena nol merupakan angka yang paling besar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perut, Tolong Jangan Ribut

27 September 2018   17:25 Diperbarui: 27 September 2018   18:06 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrai makanan (Foto/Dok Pribadi)

SANI tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk mengisi perutnya yang kosong. Tapi langkahnya tetap tegap walaupun sedari pagi lambungnya belum terisi sedikit pun. "Kamu sabar dulu ya, nanti pasti ada rezeki meski cuma bisa minum air putih," kata Sani sembari mengusap-usap perutnya.

Sani lantas pergi menuju sebuah toko sembari menatap langit yang sudah gelap. Setibanya di emperan toko, Sani menarik napas panjang dan berusaha ikhlas dengan apa yang didapatinya hari ini. Perut Sani kembali berbunyi dan menganggu lamunannya. "Aku tahu kamu masih kosong, tapi tunggu sebentar nanti pasti ada rezeki," kata Sani lagi.

Sani terus mengobrol dengan perutnya, sampai dirinya tertidur di emperan toko yang dialasnya dengan karton bekas berukuran 60 kali 60 sentimeter. Tidak lama kemudian, Sani merasakan tangannya ditepuk-tepuk seseorang. 

Matanya melihat seorang pria menyodorkan kantong kresek hitam yang di dalamnya terdapat bungkusan nasi dan dua botol minuman mineral. Apa yang ditunggu-tunggu Sani akhirnya terwujud. "Terima kasih," kata Sani sembari mengenggam tangan pria yang memberikannya makanan.

Dengan sigap, Sani lantas membuka bungkusan dan langsung melahap nasi dan lauk berupa ikan selar. Nasi itu ludes tidak sampai lima menit. Tangan Sani lantas menyambar air yang berada di depannya untuk menghilangkan dahaga dan mendorong makanan ke dalam lambungnya. "Tuh kan ada rezeki kita, gimana kamu sudah tenang," ujar Sani sembari memukul-mukul pelan perutnya.

Sani tersenyum lebar dan kembali memandang langit yang mulai cerah. Kebahagian Sani tidak hanya sampai disitu, beberapa menit berselang, seorang perempuan menghampirinya dan memberikannya amplop putih berlis merah biru. Sani tahu amplop tersebut berisi uang, namun karena tampak cukup tebal ia lantas menekan-nekan pembungkus kertas itu dengan jarinya.

"Hei kamu lihat nggak ini, tebal kali amplopnya sepertinya isinya banyak ni," kata Sani kepada perutnya. Dengan perlahan Sani lantas membuka amplop tersebut. Benar dugaannya, amplop tersebut berisi uang pecahan Rp50 ribu  sebanyak 20 lembar.

 Jika ditotal ada sekitar Rp1 juta uang yang diberikan perempuan tadi kepadanya. "Hari ini rezeki kita dobel, tadi ada kasih nasi, nah ini ada lagi yang kasih duit, banyak lagi," kata Sani kepada sang perut.

Dengan rupiah sebanyak itu, Sani yakin dirinya tidak akan kelaparan selama sebulan. "Kamu bisa tenang sekarang, sebelum kamu "ngorok" aku akan isi kamu," kata Sani melirik ke arah perutnya. 

Tidak lama kemudian, samar-samar Sani mendengar suara seorang pria yang meminta dirinya untuk tidak berada di emperan toko. "Pak bangun saya mau buka toko, udah pagi ni," ucap pria tersebut sembari mengoyang-goyangkan tubuh Sani.

Meski rasa kantuk masih mengelayut di mata, Sani harus menuruti permintaan pria tersebut. Belum lagi berdiri dan mengemas "kasurnya", perut Sani kembali berbunyi. "Tadikan sudah makan, sekarang kita pindah dulu mencari tempat yang pas untuk menghabiskan uang yang diberikan ibu tadi," kata Sani sambil mengepit kardus bekas di ketiaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun