Di tengah kegembiraan merayakan hari jadinya yang ke-68, Polda Papua kembali berduka. Mereka kehilangan salah satu anggota terbaiknya yaitu Brigpol Hasriadi ketika melaksanakan tugas. Kejadian bermula ketika beberapa warga mendatangi Pos Polisi (Pospol) IV Tanah Hitam Jayapura pada 2 Juli 2014. Mereka melaporkan bahwa ada sekitar 150an orang tidak dikenal di Pasar Youtefa melakukan permainan judi dadu dan menyebarkan selebaran untuk memboikot Pilpres 9 Juli mendatang.
Atas laporan tersebut, Brigpol Hasriadi dan Brigpol Samsul Huda yang sedang melaksanakan piket segera mendatangi lokasi dengan mengendarai sepeda motor. Begitu mengetahui kedatangan polisi, secara serentak kelompok tersebut melakukan perlawanan dan ada sebagian yang melarikan diri. Karena perlawanan yang membabi buta ini, Brigpol Hasriadi mendapat tikaman di beberapa bagian tubuh. Rekannya, Brigpol Syamsul Huda yang mencoba mempertahankan diri juga mendapat tikaman.
Karena situasi semakin memanas, datang personel bantuan dari Polres Jayapura dan TNI Korem 172/PWY. Mereka menangkap beberapa orang yang diduga bertanggung jawab, sementara kedua anggota yang terluka dievakuasi ke RS Bhayangkara. Brigpol Hasriadi meniggal karena kehabisan darah saat dievakuasi, sedangkan Brigpol Samsul Huda meninggal malam harinya.
Kejadian ini tentu saja sangat disayangkan mengingat terjadi saat bulan suci Ramadhan. Di saat umat muslim sedang melaksanakan ibadah puasa, mereka malah melakukan judi di tempat terbuka. Tentu hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip teloransi antar umat beragama.
Kekerasan yang dilakukan juga sangat menodai image yang sedang dibangun di Papua, yaitu "Papua Tanah Damai". Aparat negara yang sedang bertugas sudah selayaknya dihormati dan dipatuhi, bukan malah dibunuh dengan sangat keji. Tindakan mereka patut dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya karena pembunuhan aparat yang sedang bertugas sama saja dengan menghina simbol-simbol negara. Kalau aparat yang tugasnya menegakkan keamanan saja dibunuh, bagaimana keamanan dan ketertiban yang diidam-idamkan bisa terwujud.
Selain melakukan judi, mereka juga menyebarkan selebaran ajakan untuk memboikot Pipres 2014. Aktor dari semua ini sangatlah jelas yaitu OPM, KNPB dan antek-anteknya. Karena memang dari awal mereka sudah menyatakan sikap resmi untuk boikot Pilpres 2014 dan sampai saat ini mereka sedang menyebarkan pengaruhnya kepada masyarakat Papua. Sudah seharusnya aksi memboikot Pilpres ini diberi tindakan yang tegas karena akan meresahkan masyarakat yang akan menggunakan hak pilih. Selain dengan selebaran, mereka juga sering melakukan teror kepada masyarakat agak ikut memboikot dan menggagalkan Pilpres.
Aksi anarkis yang dilakukan di Pasar Youtefa ini sudah barang tentu juga membuat terganggunya roda perekonomian. Pedagang maupun pembeli akan enggan untuk melakukan aktivitas jual beli karena merasa keselamatan diri terancam. Perlu diketahui, Pasar Youtefa merupakan pasar terbesar di Jayapura yang memperjualbelikan barang hasil bumi dan kebutuhan pokok lainnya.
Sebagai orang Papua, saya berharap pembaca ikut mengerti apa yang terjadi di Papua dan siapa sebenarnya pihak-pihak yang ingin Papua tidak aman. Jangan mudah percaya dengan beberapa pemberitaan yang mendiskriditkan aparat yang bertugas. Karena sejatinya mereka selalu mempertaruhkan nyawa ketika bertugas. Bantulah saya untuk ikut mengecam kelompok separatis dan anarkis di Papua, seperti OPM dan KNPB.
Terakhir, saya berharap semoga kedamaian segera terwujud di Bumi Cenderawasih dan keutuhan NKRI dari Sabang sampai Merauke tetap terjaga sampai akhir zaman..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI