Banyak yang mengira Bata adalah merek lokal. Padahal, ia adalah merek global yang berhasil membumi di Indonesia. Ia hadir dalam album keluarga, dalam cerita tentang sepatu pertama, dalam kenangan tentang upacara bendera dan lomba 17-an.Â
Bata adalah sepatu yang tahu jalan ke sekolah, ke masjid, ke pasar, dan ke rumah nenek.
Kini, Bata tinggal menunggu menjadi kenangan. Tapi bukan kenangan yang usang, melainkan kenangan yang hidup, yang bisa kita rajut kembali dalam cerita, foto, dan percakapan.Â
Karena sepatu Bata bukan hanya tentang kaki yang melangkah, tapi tentang nilai-nilai yang menuntun langkah itu: kesederhanaan, ketekunan, dan harga diri.
Penutup: Menyulam Jejak, Menjaga Warisan
"Bata bukan hanya sepatu sekolah, tapi juga warisan budaya, simbol perjuangan keluarga, dan cermin zaman yang kini menunggu untuk dituliskan kembali." Â
>Refleksi seorang penulis dan mentor
Bata telah menutup pabriknya, tapi belum menutup kisahnya. Ia masih hidup dalam ingatan kita, dalam cara kita menyikat sepatu dengan sabun colek, dalam cara kita memilih sepatu untuk anak-anak kita, dalam cara kita mengenang masa kecil yang penuh harapan.
Mungkin sudah saatnya kita menuliskan kisah Bata bukan sebagai obituari, tapi sebagai arsip hidup.Â
Sebuah warisan budaya yang tak kalah penting dari batik atau keris: karena sepatu pun bisa menjadi cermin zaman.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)